99judiqq
99judiqq - Vaksin Covid-19 merupakan harapan besar yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, bukan hanya di negara kita, tapi boleh dikatakan di semua negara.
Inilah jurus pamungkas yang diyakini mampu mengusir pandemi Covid-19 enyah dari negara kita dan juga negara lain.
Khusus bagi kita di Indonesia, karena masyarakat kita secara umum tergolong kurang disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan sewaktu berada di luar rumah, tentu wajar bila kita sangat berharap memperoleh vaksin dalam jumlah yang mencukupi, baik dari produsen di luar negeri, maupun dari produk lokal yang juga sedang diupayakan.
Tidak heran kalau Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir belum lama ini berkunjung ke China, dalam upaya memastikan Indonesia mendapat pasokan vaksin merek Sinovac, buatan negeri tirai bambu itu.
Kemudian terbetik pula berita,
Seperti yang ditayangkan dalam siaran berita salah satu stasiun televisi pada Senin (24/8/2020) sore, Presiden Joko Widodo mengatakan, dengan kepastian penyediaan vaksin tersebut, Indonesia lebih cepat bergerak dibandingkan sejumlah negara lain yang baru dapat komitmen 1 juta atau 2 juta dosis vaksin.
Memang kalau mengingat betapa tidak gampangnya mendapatkan komitmen penyediaan vaksin dari pihak luar negeri, tentu hal ini sebuah prestasi tersendiri.
Apalagi seperti diketahui, negara superpower yang jauh lebih unggul dalam ilmu pengetahuan dan penelitian, jelas lebih mengamankan keperluan bagi negara mereka sendiri.
Padahal kalau negara maju bertindak serakah dengan memonopoli produksi dan distribusi vaksin, pada akhirnya akan terjadi ketimpangan yang luar biasa.
Soalnya, di negara-negara yang tidak kebagian, tentu kondisinya akan semakin parah, dan lama-lama negara maju akan "dikepung" oleh negara berkembang yang mengalami lonjakan korban pandemi.
Bukankah kunci penanganan pencegahan pandemi tersebut tidak bisa berjalan secara sendiri-sendiri, tapi harus kompak antar berbagai pihak.
Tidak saja kekompakan dalam suatu negara, namun juga kekompakan antar negara, karena setiap negara tidak bisa menutup wilayahnya selamanya.
Baik, kita boleh saja optimis dalam hal ketersediaan vaksin, meskipun belum jelas apakah nantinya semua penduduk Indonesia akan kebagian secara gratis, atau menjadi ladang bisnis bagi perusahaan yang diberi hak oleh pemerintah untuk mengedarkannya.
Logikanya, vaksin diberikan kepada semua orang yang belum terpapar Covid-19 dan juga belum punya antibodi sebagai bagian dari sistem imunitas atau kekebalan tubuh.
Jumlah 290 juta dosis vaksin sepertinya sudah bisa menutupi kebutuhan untuk seluruh penduduk Indonesia.
Namun demikian, agar kita tidak lengah, ada baiknya tidak usah terlalu gembira dengan bakal adanya vaksin.
Justru, sebelum vaksin betul-betul disuntikkan ke tubuh kita, tak ada jalan lain, semua kita harus mematuhi protokol kesehatan.
Rumusnya sederhana saja, lakukan 3M (mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak dengan orang lain).
Sebetulnya, kondisi kita hingga saat ini boleh dikatakan sangat mengkhawatirkan.
Hal ini antara lain mengacu pada berita (22/8/2020) yang menulis pendapat Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djurban.
Zubairi mengatakan bahwa kita berhadapan dengan fenomena gunung es karena jumlah warga yang dites masih terbatas.
Presiden Joko Widodo meminta setiap hari dilakukan tes terhadap 30.000 orang, namun yang baru tercapai secara rata-rata masih di kisaran 10.000 orang.
Fenomena gunung es dapat ditafsirkan bahwa data jumlah warga yang dilaporkan terpapar Covid-19 hanya yang muncul ke permukaan laut, padahal di bawahnya ada gunung es yang besar yang tidak terlihat.
Dari data yang ada, DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan jumlah pasien positif Covid-19 terbanyak, meskipun sempat untuk beberapa hari disalib oleh Jawa Timur.
Dari sisi jumlah yang terpapar, bisa ditafsirkan kondisi Jakarta tergolong berbahaya.
Namun demikian, dilihat dari sisi realisasi jumlah warga yang sudah dites, Jakarta yang paling bagus.
Jadi, banyaknya yang terpapar Covid adalah karena gencarnya pemeriksaan di Jakarta.
Hingga 16 Agustus 2020, telah 504.075 orang yang dites di Jakarta, yang sama dengan 47 persen dari semua orang yang dites secara nasional.
Padahal, total penduduk Jakarta hanya 4 persen dari populasi nasional.
Maka jelaslah bahwa bersamaan dengan usaha pemerintah untuk memperoleh vaksin, yang tak kalah pentingnya adalah bagiamana meningkatkan jumlah orang yang dites setiap hari.
Ini berkaitan dengan kapasitas peralatan, sumber daya manusia yang kompeten untuk melakukan tes, dan kemampuan petugas terkait dalam melacak mereka yang pernah kontak dengan orang yang positif Covid-19.
Adapun bagi kita semua, ya seperti yang telah disinggung di atas, harus disiplin mematuhi protokol kesehatan dengan melakukan 3M setiap melakukan aktivitas yang ada orang lain di sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar