Beberapa alasan anak perantauan pulang kampung

Beberapa Alasan Anak Rantau Pulang Kampung, Kamu Tipe yang Mana?
99judiqq

99judiqq - Desember sudah mau habis, keluarga sudah rindu berat, undangan pernikahan sudah menumpuk, dan kalender tahun 2020 sudah memaksa untuk dibelikan.
Kalau kalender minta sama tetangga pun tak apa kali ya?

Baik perantau yang sedang kerja maupun sekolah, pasti rindu dengan kampung halaman. Biarpun beberapa darinya sudah tidak memiliki keluarga di kampung, rasa rindu dengan tanah kelahiran itu tetap ada dan seakan terus memanggil.


Entah itu rindu dengan aroma kampung halaman, rindu dengan udaranya, rindu dengan pemandangan di sekitar kampung, atau rindu dengan teman-teman masa kecil, semuanya seringkali datang dengan tiba-tiba.

Kadang, tidak sengaja rindu itu singgah saat seseorang sedang minum kopi, hingganya ia segera update status di media sosial dengan kangen kampung halaman.
Kadang pula rindu itu datang dari orang lain yang barusan bercerita bahwa ia akan pulang kampung.

Namun, rasa rindu tidak melulu seirama dengan keadaan.
Kampung halaman sudah memanggil dengan teriakan C Mayor, tapi keuangan anak rantau masih bernada C Minor.
Kampung halaman sudah berganti nada ke A Mayor, tapi anak rantau terbelit dengan cuti bersuara A Minor.

Rasanya tidak pernah ketemu yang seirama, kecuali memang dipaksakan.
Memang irama itu awalnya terkesan fals, karena anak rantau mungkin akan meminjam uang atau memaksa untuk cuti.
Namun, pijakan kaki di kampung halaman akan menjadi harmoni.

Lalu, seberapa seringkah anak rantau menggapai harmoni dengan pulang ke kampung halaman?


  • Akan Pulang Tiap Bulan

Bagi beberapa kawula muda, rasanya tidak terlalu tahan untuk lama-lama bermalam di tanah rantau.
Terlebih lagi bagi mereka yang baru seumur wortel di tanah rantau.
Belum gemuk sudah keduluan pulang seakan ada yang melantah, hingga cepat sekali sampai ke kampung halaman.

Jarak rantau yang tidak terlalu jauh dengan kampung halaman menjadi salah satu pertimbangan untuk pulang.
Alasannya belakangan, apakah soal finansial yang sudah mengedut, soal kebosanan dalam indekos, atau rindu masakan orangtua, yang penting pulang dulu.

Anak sekolah atau anak kuliah semester awal cenderung mengalaminya.
Apalagi jika punya kendaraan pribadi, hanya bermodal BBM 3-4 liter sudah sampai ke rumah.
Betapa bahagianya.


  • Akan Pulang Jika Dapat Jatah Libur

Pulang saat liburan? Agaknya ini bagi anak rantau yang sudah lumayan lama "bobok cantik" di negeri orang.
Bisa anak sekolahan yang sudah kelas atas, anak kuliahan yang sudah berbau skripsi, atau juga anak rantau yang sudah mendapat pekerjaan.

Libur semester maupun cuti kerja begitu dinanti.
Kalau bisa tambah jatah libur, kenapa tidak?.
Entah sesekali suntuk belajar itu datang, atau kejenuhan kerja bergelimpangan hingganya rela bolos beberapa hari.

Alasan pulang utamanya untuk bersua orangtua sebagai bentuk bakti seorang anak.
Ini yang terpenting.
Makanya tidak heran jika beberapa orang rela menyewa mobil dan supir demi bisa pulang, serta membawa buah tangan yang sangat banyak untuk dibagikan kepada sanak saudara di kampung halaman.

Senyum keluarga dan kerabat di kampung halaman akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi anak rantau.
Bahkan, itu bisa menjadi semangat dan bekal cerita untuk nanti dikisahkan di negeri orang.


  • Akan Pulang Jika Keluarga Sakit atau Tertimpa Musibah

Semestinya jangan sampai ya, karena tidak ada seorang pun mau keluarganya susah dan tertimpa musibah.
Tapi, apa daya kita sebagai seorang hamba karena sejatinya sakit dan musibah itu bisa datang kapan saja.
Tidak kenal tempat, jarak, dan waktu, ia akan datang.

Kita hanya perlu berdoa, bergaya hidup sehat, dan mencegah diri agar jauh dari penyakit.
Jika sakit atau musibah itu tetap datang, sedangkan anak jauh di rantau mau bagaimana?

Maka mau tidak mau izin sekolah, izin kuliah, serta cuti kerja beberapa hari.
Jika tidak dapat cuti? Barangkali akan rela mengambil jatah cuti tahun depan hanya agar bisa menjenguk keluarga yang sakit dan tertimpa musibah.

Bisa saja selama ini anak rantau sudah lama tidak pulang, hingganya musibah dan sakitlah yang mendekatkannya pada keluarga.
Pertimbangannya, mungkin karena jaraknya sudah antar pulau bahkan negara, sedangkan kondisi finansial dan kesempatan begitu sempit dan mencekik.

Atau sebaliknya, keluarga di kampung halaman sudah terlalu rindu dengan anaknya di tanah rantau yang tak kunjung pulang.
Terlalu lama merindu malah jadi sakit, dan jika sudah seperti ini maka anak rantau mesti segera pulang.


  • Akan Pulang Jika Ingin Menikah

Ada yang termasuk pada kategori ini? Selama ini,  di tanah rantau tidak sekadar cari kerja melainkan juga cari calon.
Tidak sekadar sekolah dan kuliah tapi juga cari pasangan hidup.
Sambil menyelam minum air, atau memang air jernih ikannya jinak? Hohoho

Barangkali mereka sudah lama berdiam di tanah rantau hingga termakan cinta lokasi.
Realistis memang, karena perkara jodoh tidak ada yang tahu dan sebaiknya cari jodoh yang dekat-dekat saja bukan?

Jikapun calon jodoh itu berada di tanah rantau, setidaknya mau diajak pulang kampung.
Atau, memang jodohnya sudah menanti di kampung halaman?

Berarti pilihannya, setop merantau dan nikah, atau setelah menikah lalu mengajak pasangan ikut ke tanah rantau? Mana baiknya sih, selama tidak menganggu keharmonisan hubungan rumah tangga dan tidak menyusahkan keluarga.


  • Akan Pulang Jika Tak Kunjung Dapat Pekerjaan

Dikiranya pulangnya bawa calon menantu, eh nggak tahunya hanya bawa keluh kesah!

Kenyataan seakan kembali menegaskan bahwa hidup di tanah rantau begitu keras dan panas.
Tidak melulu kisah anak rantau selalu subur dan berbunga, melainkan banyak juga yang gersang dan tandus akibat susahnya mencari pekerjaan.

Wajar kiranya, karena daerah yang sering dikunjungi perantau merupakan daerah yang keras dan orang yang merantau bukan kita saja.
Tambah lagi jika bekal kompetensi dan kemampuan diri yang terbatas, makin susah dan peluangnya sangat kecil.

Daripada terlantung dan terlunta-lunta tidak keruan, akhirnya anak rantau memilih untuk pulang kampung saja.
Di kampung, minimal mereka bisa berkebun atau meminta pekerjaan dengan tetangga, atau bisa pula meneruskan usaha orangtua.

Awalnya mungkin agak malu saat ditanya "Kenapa pulang? Tidak merantau lagi?", tapi persoalan takdir tidak bisa ditebak.
Adakalanya takdir ini ingin mengisahkan kita agar kembali dan berkembang di kampung halaman.


  • Akan Pulang Jika Sudah Sukses

Selain itu, ada pula anak rantau yang tidak mau pulang ke kampung halaman sebelum sukses.
Bahkan, beberapa darinya memang sudah dari awal nekat untuk merantau hingga tak berkabar lagi selama beberapa tahun.

Barangkali ingin fokus dan berkali-kali menambah lembur kerja sembari menabung agar nantinya bisa segera sukses di masa depan.

Hal ini sering dialami oleh perantau, terutama mereka yang bekerja di PT besar di luar pulau.
Seperti beberapa teman, tetangga dan kenalan yang dulunya bekerja di Batam dan Kalimantan, sekarang sudah memilih pulang kampung setelah bekerja 5-10 tahun.

Gaji yang besar berikut dengan tabungannya yang dirasa sudah cukup banyak dapat menjadi bekal untuk berwirausaha di kampung halaman.
Mau sekadar buat kos-kosan, toko kelontongan, atau usaha mandiri lainnya seakan sudah menjadi bentuk kesuksesan bagi anak rantau.

Hanya saja, bolehlah sesekali pulang kampung. Jangan pula memaksa diri berlebihan hingganya tidak peduli lagi dengan keluarga di kampung.
Terang saja, ukuran sukses itu sungguh relatif dan kenyataannya orang yang sudah sukses pun tak pernah puas.


  • Atau Sudah Betah di Tanah Rantau?

Anda belum termasuk pada beberapa kategori di atas? Berarti sudah betah di tanah rantau, hahaha.
Tidak salah memang.
Barangkali kerjaan sudah stabil di tanah rantau.
Mau pulang ke kampung halaman juga nantinya tidak ada lagi yang mau ditemui, karena mungkin keluarga sudah tiada.

Terlebih lagi jika sudah berkeluarga, anak-anak sudah pada sekolah, atau bahkan sudah mulai menua di tanah rantau.
Mau pergi ke mana-mana sudah tidak kuat.
Naik kapal mabuk, naik mobil mabuk, naik kereta mabuk, bahkan naik pesawat sudah kepusingan.

Daripada menambah penyakit dan menyusahkan orang lain, lebih baik menikmati hidup di tanah rantau.
Jujur saja, resiko di jalan itu besar. jika ingin bepergian, minimal kita bisa membawa diri.

Ending-nya, bagi para perantau yang saat ini semangat kerja atau sekolah sesekali bolehlah pulang kampung.
Yang tidak sempat disempatkan, yang tidak punya waktu luang segera direncanakan.
Sisihkan uang dan berhematlah, agar nantinya bisa kembali berkumpul dengan keluarga.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru