Sunan kalijaga pernah menjadi begal saat tobat menjadi wali handal

99judiqq

99judiqq - Sunan kalijaga adalah salah satu dari Sembilan wali songo yang paling tenar di kalangan masyarakat karena dia yang paling berhasil dan sebagai manusia komplet, ahli dalam berbagai bidang seniman, budayawan, politikus, ahli tasawuf, ahli filsafat, dan cendekiawan.
Sunan Kalijaga berdakwah ke berbagai pelosok, menyelami kehidupan rakyat biasa, namun juga dapat bergaul dengan kalangan rakyat atas, seperti bangsawan, ningrat atau cendekia.
Sunan kalijaga sebagai seniman, ia mahir menciptakan wayang sebagai media dakwah.
Dia mencipatakan seni batik bermotif burung dalam berbagai bentuk dan menciptakan baju takwa.

Tentang Perjalanan hidup Sunan Kalijaga ini banyak ditiru dan dijadikan inspirasi hidup orang-orang yang bertobat.
Banyak masyarakat yang dulunya berkecimpung dalam dunia gelap kemudian bertobat dan menjadi penyiar.

Raden Syahid sangat merasa prihatin melihat masyarakatnya sengsara akibat dilanda kelaparan oleh beban upeti tinggi dan kemarau panjang.
Dia curi bahan pokok hasil bumi dari gudang tempat penyimpanan istana ayahnya yang saat itu tengah menjabat sebagai Adipati Tuban.
Kemudian dia bagikan kepada rakyat miskin yang memerlukan dengan memberikanya secara sembunyi-sembunyi pada malam hari.

Namun, tak disangka suatu waktu salah satu penjaga gudang mengetahui aksinya, penjaga gudang kaget benar dan tak percaya jika pencuri itu adalah anak dari atasanya sendiri yaitu Adipati Wilatikta.

Para prajurit kadipaten menangkapnya dan dihadapkanya raden Syahid pada ayahnya.
Melihat kelakuan putranya seperti itu, adipati Wilatikta marah besar dan memberikan hukuman cambuk dua ratus kali pada tangannya, selanjutnya disekaplah ia tidak boleh diizinkan keluar rumah selama beberapa hari.

Hukuman yang diterima Raden Syahid tak membuatnya jera, justru malah melakukan tindakan yang semakin gila.
Dia benar-benar keluar dari lingkungan kadipaten untuk melakukan perampokan dan pembegalan terhadap orang-orang kaya di Kadipaten Tuban.
Sehingga Raden Syahid dikenal sebagai perampok budiman dengan sebutan "Brandal Lokajaya".

Raden Syahid akhirnya tertangkap lagi dan diusir ia dari kadipaten Tuban.
Sebenarnya, adipati wilatikta sangat terpukul atas kelakuan anaknya, karna yang diharapkan dapat menggantikan kedudukanya ternyata telah menutup kemungkinan ka arah itu.

Raden Syahid melangkah mengembara tanpa tujuan pasti hingga pada akhirnya menetapkan kakinya dihutan Jatiwangi.
Dia melihat Sunan Bonang, tetapi tidak kenal sebenarnya siapa orang tua itu, karena itu Raden Syahid berkehendak untuk memangsa orang tua yang berpakaian serba putih dan membawa tongkat emas itu.

Raden Syahid Syahid berhasil melumpuhkan Sunan Bonang dan diminta untuk menyerahkan tongkatnya.
Namun, Sunan Bonang tidak mau menyerahkanya, Lalu Raden Syahid mengatakan bahwa sebenarnya tujuanya membegal adalah untuk menolong orang miskin.
kemudian Raden Syahid merebut tongkat dari orang tua itu secara paksa menyebabkan orang itu tersungkur jatuh, Sedangkan Raden Syahid mengamati tongkat itu yang ternyata tidak terbuat dari emas.

Heran Raden Syahid melihat orang tua itu menangis, akhirnya ia mengembalikan tongkatnya.
berkata orang tua itu pada Raden Syahid "Bukan tongkat itu yang aku tangisi" sambil menunjukan rumput di genggaman tanganya. "perhatikanlah aku sudah berbuat dosa, melakukan perbuatan sia-sia.
Rumput ini tercabut saat aku jatuh tadi". raden Syahid tersentak dan tersentuh hatinya.

Cerita lain menyebutkan, Sunan Bonang menasihati Raden Syahid bahwa rezeki hanya titipan tuhan.
Ia memamerkan kesaktianya menunjuk pohon aren dan seketika menjadi emas.
Karena Raden Syahid penasaran dan kagum, Ia memanjat pohon itu. Akan tetapi ketika hendak mengambilnya buah-buah itu jatuh mengenai kepala Raden Syahid, seketika Raden Syahid jatuh ke tanah dan pingsan.

Raden Syahid menyadari bahwa perbuatanya yang tampak mulia selama ini, tetap merupakan jalan yang salah.
Dia selalu teringat dengan nasihat orang tua itu bahwa apa yang dilakukan Raden Syahid ibarat mencuci pakaian yang kotor menggunakan air kencing yang hanya akan menambah kotor dan bau pakaian tersebut.
Semua kejadian tersebut membuat Raden Syahid terperangah, tersentuh hatinya dan akhirnya Raden Syahid bertobat.

Raden Syahid meminta untuk menjadi muridnya.
Sunan bonang mengabulkan permintaanya , akan tetapi dengan syarat harus bersemedi di pinggir kali samapai ia kembali.
Tiga tahun kemudian Sunan Bonang baru kembali, dan takjub akan keteguhan hati Raden Syahid yang masih bersemedi dengan rerumputan yang memenuhi tubuhnya.
Sejak saat itu Raden Syahid berguru kepada Sunan Bonang, Sunan Ampel dan Sunan Giri.

Share: