Inilah 3 Alasan Kacaunya Lockdown di India

Inilah 3 Alasan Kacaunya Lockdown di India, PM India Akhirnya Minta Maaf
99judiqq

99judiqq - Setelah lockdown terlihat kacau dimana-mana, dan tagar menjadi trending topic  di India di Twitter, maka pada hari ini,  Perdana Menteri India Narendra Modi meminta maaf kepada rakyatnya.

Saya pertama-tama ingin meminta maaf kepada semua warga negara saya, Orang pasti akan berpikir seperti apa perdana menteri ini, yang telah menempatkan kita dalam banyak masalah " kata Modi dalam pidato di radio nasional negara itu.

Modi juga menjelaskan bahwa keputusan lockdown ini perlu dia ambil  karena situasi pandemik covid-19 yang terjadi.

Hingga hari Minggu (29/3),  sudah terkonfirmasi jumlah positif corona di India mencapai 979, dengan jumlah 25 kematian.


Sesudah permintaan maaf ini, PM Narendra Modi dan pemerintahannya memiliki PR besar untuk menenangkan masyarakat, mengendalikan situasi,  sekaligus memastikan penyebaran virus corona di negeri Bollywood tersebut tidak meluas.

Apa yang menyebabkan situasi yang tidak diinginkan ini terjadi di India? Paling tidak ada 3 (tiga) alasan yang dapat dikemukakan.

Pertama, pemerintah India tidak merencanakan secara detail berkaitan dengan pasokan kebutuhan pokok selama masa lockdown. 

Pada hari selasa setelah Narendra Modi mengumumkan lockdown selama tiga minggu penyebaran coronavirus, panic buying terjadi.

Warga di kota  mulai ketakutan ketika dilarang keluar meninggalkan rumah mereka  dan berlomba-lomba dengan berbondong-bondong berbelanja karena kuatir akan kehabisan pasokan selama masa lockdown.

Orang-orang yang kaya tidak bisa dikontrol untuk menimbun makanan sedangkan orang miskin di kota kehabisan makan.

"Kami tidak punya makanan atau minuman. Saya duduk memikirkan bagaimana memberi makan keluarga saya, "kata ibu rumah tangga bernama Amirbee Shaikh Yusuf berusia  50 tahun yang tinggal di perkampungan kumuh Dharavi di Mumbai.

Pemerintah memang telah berencana mendistribusikan 5 kilogram (kg) gandum atau beras untuk setiap orang secara gratis tiap bulan, dengan tambahan 1 kg untuk setiap keluarga berpenghasilan rendah selama 3 bulan ke depan, sayangnya situasi sepertinya lebih dahulu tak terkendalikan di hari keempat lockdown.

Kedua, pemerintah India dianggap lengah memikirkan reaksi dari kaum pekerja migran yang jumlahnya sangat banyak.

Ketika lockdown terjadi, pabrik-pabrik harus tutup untuk sementara, padahal ada jutaan pekerja migran pekerja yang tidak berasal  di kota tersebut yang hidup dari pendapatan harian.

Situasi bertambah buruk karena dengan demikian, para pekerja migran ini akan kesulitan hidup di kota dengan nir penghasilan, dan memilih untuk kembali ke kampung asal mereka.

Padahal dalam masa lockdown ini, pemerintah sudah memberhentikan layanan transportasi.

Akibatnya, eksodus yang tidak dibayangkan terjadi.

Para pekerja migran ini memaksa pulang dengan jalan kaki dan dari pemberitaan kantor berita  AFP pada Sabtu (28/3/2020) jumlahnya mencapai ribuan orang yang memilih berjalan jauh untuk pulang ke desanya.

Naasnya hal yang ditakutkan terjadi.
Seorang pekerja dilaporkan meninggal pada Sabtu (28/3) kemarin, setelah berusaha berjalan sejauh 270 mil (270km) kembali ke rumah.

Kita akan mati karena berjalan dan kelaparan sebelum terbunuh oleh korona, kata pekerja migran Madhav Raj, 28, saat dia berjalan di jalan di Uttar Pradesh.

Pada hari minggu ini, beberapa ratus pekerja migran di kota Paippad, di negara bagian Kerala selatan, berkumpul di sebuah lapangan dan  menuntut transportasi kembali ke kota asal mereka.

Pemerintah Modi menjadi bertambah pusing karena mudiknya para pekerja yang tak terkontrol ini membuat potensi penularan virus corona juga menjadi semakin besar.

Ketiga, pemerintah India tidak menyiapkan infrastruktur kesehatan dengan baik  yang akhirnya menimbulkan kepanikan tersendiri.

Selain masalah perut, warga India tentu juga panik dengan penyebaran covid-19 yang cukup cepat ini.

Persoalannya pemerintah India belum dipercaya warganya mampu untuk menangani pandemi ini.

Negara berpenduduk 1,3 miliar orang  ini dikenal memiliki sistem kesehatan masyarakat yang buruk.

Sejumlah rumah sakit di India telah menyatakan kelangkaan stok masker N-95 dan Alat Pelindung Diri (APD).

Selain itu, Rata-rata jumlah tempat tidur rumah sakit di India disebut hanya berkapasitas  0,7 untuk setiap 100.000 orang.
Bandingkan dengan negara seperti Korea Selatan (6 per 100.000) yang sanggup membendung penyebaran virus.

Alat penting seperti Ventilator (alat bantu pernapasan), juga terbatas dengan hampir 100.000 ventilator sebagian besar dimiliki rumah sakit swasta dan sudah dipakai pasien dengan penyakit kritis.

India berencana membeli ventilator, tetapi tentu harus bertahap, padahal lockdown membuat masyarakat harus yakin benar bahwa pemerintah telah siap menangani mereka.

Setelah permintaan maaf ini, PM Narendra Modi perlu bekerja lebih keras lagi.

Selain mempertahankan sistim karantina yang telah berjalan baik untuk sebagian warga, Modi juga perlu segera mengucurkan stimulus untuk golongan masyarakat yang rentan seperti kaum miskin dan pekerja migran sehingga kembali timbul stabilitas nasional di masa lockdown ini.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru