Protes Kematian Floyd Semakin Ricuh dan Meluas. Ada apa dengan Rasisme di AS?

Protes Kematian Floyd Semakin Ricuh dan Meluas. Ada apa dengan Rasisme di AS?
99judiqq

99judiqq - Sejak kematian George Floyd, seorang penyanyi rap kulit hitam di tanggal 25 mei 2020, Seluruh Wilayah di AS atau Amerika Serikat memulai aksi protes atas kematiannya, yang dianggap sebagai korban rasisme dan ketidakadilan.

Melansir AFP pada Kamis (29/5), kejadian ini bermula ketika Floyd diduga melakukan transaksi palsu senilai US$ 20.
Chauvin bersama tiga polisi lain pun menangkapnya.

Setelah tertangkap, Chauvin menginjakkan lututnya ke leher Floyd yang tak bersenjata hingga meninggal dunia.
Perilaku ini pun menuai kecaman dari berbagai pihak karena Floyd sendiri dibunuh dengan dakwaan kejahatan yang sangat ringan dan bahkan belum disidangkan.

Aksi demo pun mulai pecah di mineapolis, tepat satu hari setelah kematian George Floyd.
Aksi protes ini akhirnya berbuntut panjang keseluruh negara bagian AS dalam beberapa hari, bahkan berujung kericuhan di kota-kota besar.
Tapi kenapa kematian George Floyd bisa memicu unjuk rasa besar-besaran di AS?? Memang separah apa kasus rasisme seperti ini di Amerika Serikat???


Mungkin kita orang Indonesia, Tidak tau menahu seberapa parahnya kasus rasisime di AS.
Awalnya saya juga berpikir, Rasisme di AS tidak jauh beda dengan negara kita (mungkin seperti stigma kepada orang keturunan cina atau orang papua). 

Di negara kita praktek rasisme sudah mulai ditinggalkan di banyak wilayah dan tidak pernah menyebabkan konflik seheboh ini lagi.

Namun berbeda dengan AS, Rasisme masih menjadi momok utama disana.
Telah ada sejak kolonialisme, tradisi seperti "kode hitam" dan sistem Apharteid, secara tidak langsung terus berlanjut walaupun jaman sudah berkembang,

Para warga Keturunan Afrika-Amerika asli dan keturunan lainnya yang berkulit hitam selalu mendapat diskriminasi baik pada Pekerjaan, Pendidikan Dan keadilan hukum.
Kehidupan warga kulit hitam selalu dikriminalisasi dan tidak manusiawi di Amerika.

Situs mappingpoliceviolence.org yang khusus melakukan riset kekerasan oleh polisi di AS, mencatat 1.099 orang seluruh ras terbunuh sepanjang 2019. 24 persen dari seluruh korban tersebut adalah kulit hitam.
Selain itu, dari total 7.666 korban sepanjang 2013-2019 sebanyak 17% adalah warga kulit hitam dalam kondisi tak bersenjata

Selain George Floyd, banyak sekali warga kulit hitam yang dibunuh secara semena-mena.
Salah satunya Sean Reed dan Ariane McCree yang ditembak secara langsung oleh polisi tanpa dakwaan yang jelas. Sisanya harus bertahan hidup sambil menghadapi diskriminasi hingga pembullyan dari orang kulit putih yang tidak punya rasa toleransi

Kini Aksi protes dengan seruan"Black Lives Matter" dan "I Can't Breathe" telah digaungkan keseluruh dunia.
Seruan ini dilakukan untuk membela hak-hak asasi orang kulit hitam yang banyak dirampas.
Banyak publik Figur dunia yang juga mendukung revolusi hukum dan keadilan bagi masyrakat kulit hitam lewat media sosial masing-masing.
Namun sayang, aksi protes malah berujung ricuh.
Bentrok antara polisi dan masyarakat pecah diberbagai kota-kota besar seperti California dan Brooklyn.

Imbasnya, Banyak terjadi peristiwa penjarahan di lokasi-lokasi ricuh seperti yang  dirasakan pemilik dealer mobil yang ada di California. Sebanyak 50 mobil yang ada di display toko dijarah oleh orang-orang.
Tidak hanya dealer mobil, sejumlah butik mewah juga ikut dijarah seperti butik Louis Vuitton, Gucci dan Nike.

Di saat pandemi seperti ini juga, dikhawatirkan aksi demo bisa menular COVID-19 kepada masyarakat secara masal  dan meningkatkan kasus COVID-19 berlipat-lipat

Semoga semua kericuhan ini cepat selesai dengan damai dan masyarakat kulit hitam bisa hidup dengan tenang tanpa khawatir akan diskriminasi rasial.
Diharapkan masyarakat luas bisa saling bertoleransi terhadap satu sama lain dan membangun dunia ini menjadi lebih baik lagi.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru