Gibran, dari Pilwakot Solo hingga Sekjen PBB

Gibran, dari Pilwakot Solo hingga Sekjen PBB
99judiqq

99judiqq - LEBIH dari sepekan, nama Gibran Rakabuming Raka patut diakui mampu membius mayoritas warga masyarakat tanah air.
Hal tersebut tak lepas dari kesuksesannya "menghipnotis" DPP PDI Perjuangan untuk memberikan rekomendasi pencalonan Pilwakot Solo, 9 Desember 2020 mendatang.

Sengaja, saya pilih kata "hipnotis", sebab hingga hari ini, saya masih meyakini bahwa sejatinya yang lebih cocok memperoleh rekomendasi untuk tiket maju pada pencalonan pesta demokrasi rakyat lima tahunan itu adalah sang petahana, Ahmad Purnomo.

Namun, dengan "hipnotis" Gibran yang memanfaatkan kelebihannya sebagai putra presiden, mampu membuat pihak DPP partai berlambang banteng gemuk moncong putih tersebut lupa, bahwa di Solo ada kader partai yang jauh lebih pantas diberikan rekomendasi.

Dengan "hipnotis" Gibran pula, arah politik di Kota Bengawan ini dalam seketika berubah.
Dalam arti, hampir dipastikan tidak akan ada kader partai lain yang berjiwa ksatria menandingi pengusaha martabak "Markobar" tersebut.


Sebagian besar partai politik yang ada di Kota Solo, bagai kerbau dicocoki hidungnya.
Belum apa-apa, mereka sudah "manut" dan turut bergabung dengan tim Gibran. Alasannya sudah jelas, para partai politik ini jiper dan sama-sama ingin menangnya saja.
Tak peduli, harga diri, yang penting bagi mereka lebih baik mengekor dan menang daripada bertanding terus kalah.

Itulah politik, yang ada dalam benaknya hanya ada tiga kata.
Yaitu, kepentingan, kepentingan dan kepentingan.
Maksudnya kembali ke Gibran Rakabuming Raka.
Paska mendapatkan tiket "istimewa" dari DPP PDI Perjuangan, seketika langsung menjadi bahan sorotan tajam sejumlah kalangan.

Ada yang bilang, Gibran adalah korban politik ayahnya, Presiden Jokowi, yang berambisi melanggengkan kekuasaannya.
Ada pula yang ngomong, Gibran calon pemimpin karbitan, mengingat pengalamannya di dunia politik belum genap satu tahun, sejak mendaftar jadi kader PDI Perjuangan, bulan September 2019 lalu.

Bahkan, tak sedikit pula yang mencibir, bahwa majunya Gibran pada Pilwakot Solo, tak lebih dari memanfaatkan kekuasaan ayahnya yang masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia (RI).

Prof. Felix Tani, ayah dari Jan Ethes ini sedang menggunakan aji mumpungisme.
Mumpung ayahnya berkuasa, mumpung segala fasilitasnya masih ada dan mumpung tidak ada larangan politik dinasti.

Kendati begitu, nasi sudah menjadi bubur. Rekomendasi yang telah diperoleh Gibran mustahil ditarik lagi.
Sekeras apapun kritik, cibiran dan nyinyiran publik, tidak akan mempengaruhi keputusan DPP PDI Perjuangan yang mempercayakan tongkat estapet kepemimpinan FX Hadi Rudyatmo (Wali Kota Solo saat ini) terhadap Gibran Rakabuming Raka.

Kita hanya bisa berharap, jika memang Gibran akhirnya ditakdirkan menjadi Wali Kota Solo, benar-benar bisa menjelma sebagai pemimipn muda cerdas dan sarat dengan ide serta gagasan yang bisa menjadikan masyarakat Kota Solo aman, sejatera, adil dan makmur.

Gibran Dinilai Calon Pemimpin Jempolan

Sudah menjadi hukum alam, di dunia ini hidup berpasangan.
Ada siang dan malam, ada miskin dan kaya, ada bagus dan jelek.
Pun, ada juga pro dan kontra.

Nah, boleh jadi apa yang saya ulas di atas adalah bagian dari pihak-pihak yang kontra terhadap diri putra sulung Presiden Jokowi tersebut.
Pastinya, bukan kontra yang didasari rasa benci, melainkan kontra karena proses majunya Gibran yang seolah dipaksakan.

Adapun pihak yang memandang nyalonnya Gibran pada Pilwakot Solo sebagai suatu hal yang positif, datang dari Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing.
Dia menilai, Gibran mempunyai kualitas jempolan untuk menjadi seorang pimpinan daerah.

Menurut Emrus, Gibran memiliki peluang sangat besar memenangi Pilkada Kota Solo 2020.
Jika berhasil memimpin Solo dengan sukses, Gibran dinilai berpeluang melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.

"Saya kira Gibran mempunyai cita-cita setinggi bintang di langit.
Jangankan menjadi presiden, menurut pandangan saya, (Gibran) bisa menjadi sekjen PBB.

Emrus menambahkan, Gibran akan diminta oleh rakyat Jateng untuk menjadi gubernur apabila sukses memimpin Solo.
Setelah itu, lanjut Emrus, Gibran juga bisa saja diminta oleh rakyat untuk menjadi calon presiden apabila sukses menyejahterakan masyarakat Jateng.

Jika hal itu terjadi, kata Emrus, Gibran akan menciptakan catatan yang mengagumkan.
Sebab, selama ini para calon pemimpin daerah maupun presiden selalu maju setelah dilamar atau melamar partai.

Emrus mencontohkan Jokowi yang selalu diusung PDI Perjuangan ketika maju sebagai calon wali kota Solo, calon gubernur DKI Jakarta, dan calon presiden.

Meskipun demikian, sambung Emrus, Gibran harus terlebih dahulu bekerja keras demi masyarakat Solo. 

Pendapat Emrus boleh jadi sangat berlebihan, jika Gibran dinilai bisa menjadi Sekjen PBB.
Namun begitu, itu adalah haknya untuk berpendapat.

Jika pun hal itu ada dalam benak Gibran, tentu saja kakak kandung Kaesang Pangarep ini harus bisa melewati step pertama, yakni pelaksanaan Pilwakot Solo.
Entah itu melawan pasangan lain atau kosong sekalipun.

Seandainya menang, dia masih harus bisa membuktikan mampu menjadi pemimpin yang baik melebihi ayahnya, yang pernah menjadi orang nomor satu di Kota Solo.

Sebab, kalau prestasinya ternyata di bawah ayahnya, berat bagi Gibran melangkahkan karier politiknya ke jenjang lebih tinggi.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru