Rumah Betang (Panjang) Suku Dayak: Indahnya Hidup dalam Kebersamaan

Rumah Betang (Panjang) Suku Dayak: Indahnya Hidup dalam Kebersamaan
99judiqq

99judiqq - Keanekaragaman bentuk Rumah Adat merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Bentuk Rumah Adat yang beragam tersebut tentu saja dibangun berlandaskan pada kulturalitas-religiusitas masyarakat setempat.

Dalam suku Dayak juga terdapat sebuah rumah adat, yakni Rumah Betang atau Rumah Panjang.
Di beberapa suku mereka menyebutnya dengan Rumah Radakng.
Dinamakan sebagai Rumah Panjang karena bentuknya yang memanjang.
Dalam satu Rumah Panjang biasa dihuni oleh 5-30 kepala keluarga. 

Sama seperti rumah-rumah adat di daerah lain, Rumah Panjang bagi suku Dayak tentulah bukan sebagai tempat tinggal semata.
Tata letaknya yang secara umum hulunya menghadap timur dan hilirnya menghadap barat merupakan sebuah symbol bagi masyarakat Dayak.
Hulu yang menghadap timur atau matahari terbit memiliki filosofi kerja keras yaitu bekerja sedini mungkin.
Sedangkan hilir yang menghadap barat atau matahari terbenam memiliki filosofi, tidak akan pulang atau berhenti bekerja sebelum matahari terbenam.


Mengapa dibangun berbentuk panggung?.


  • didasarkan atas beberapa alasan esensial:


1. Menghindari rumah dari banjir, karena banyak Rumah Betang Suku Dayak yang di bangun di pinggir sungai.

2. Untuk melindungi penghuninya dari binatang buas.

3. Untuk melindungi penghuninya dari musuh.

Sekilas berkaitan dengan alasan yang ketiga.
Pada zaman dahulu masih sering terjadi perang antarsuku dan antardesa.
Atau yang lebih dikenal dengan Ngayau.
Dengan tinggal di bawah satu atap seperti ini, maka mereka bisa dengan mudah untuk saling menjaga dan melindungi satu sama lain.

Sebuah pertemuan, yang dikenal dengan Pertemuan Tumbang Anoi 1894, menjadi fajar baru bagi peradaban suku Dayak.
Pertemuan yang dihadiri oleh pemuka adat dan masyarakat Dayak seluruh Pulau Borneo telah berhasil menghentikan kebiasaan adat mengayau.
Dinamakan Pertemuan Tumbang Anoi, karena dilaksanakan di Desa Tumbang Anoi, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

Kembali ke topik utama.
Rumah Betang atau Rumah Panjang memiliki fungsi yang sangat penting dalam merawat nilai-nilai adat dan budaya.
Perlu dipahami bahwa ada tiga harmoni yang selalu mendapat perhatian dan selalu diupayakan eksistensinya oleh masyarakat adat Dayak, hampir di setiap sub suku, yakni harmoni dengan Yang Ilahi, harmoni dengan sesama dan harmoni dengan alam.

Berlandaskan pada pemahaman tersebut, setiap dimensi kehidupan manusia Dayak dibangun berdasarkan keyakinan perlunya harmoni dan wajib dipertahankannya hal tersebut  agar kehidupan manusia sejahtera secara jasmaniah dan rohaniah.

Sejak kelahirannya, manusia Dayak berupaya membangun harmoni ini melalui pelaksanaan ritual-ritual yang menunjukkan kerinduan mendasar mereka untuk hidup harmonis.

Oleh karena itu, pelbagai ritual mengisi kehidupan manusia Dayak.
Saat kelahiran, turun tanah, dan mandi pertama kali di sungai, dst.
Disertai dengan ritual-ritual yang maknanya antara lain untuk membangun harmoni dengan yang ilahi, alam sekitar, dan sesama manusia.

Pada saat orang sakit, dilakukan ritual penyembuhan atau ritual tertentu untuk mencari tahu kalau-kalau harmoni ini tercederai oleh yang bersangkutan atau keluarganya.
Sebuah ritual khusus menjadi upaya untuk memulihkan harmoni ini.

Pada saat menanjak dewasa, umur remaja, menikah, kematian selalu ada ritual-ritual terkait yang dilaksanakan untuk menjamin dan mengupayakan terpeliharanya harmoni.

Dalam kegiatan sehari-hari terkait dengan perladangan, pesta-pesta, dst, selalu ada ritual-ritual khusus yang tidak terlepas dari pemikiran akan perlunya membangun harmoni dan memeliharanya.
Semua ritual adat tersebut mulai dari atau berlangsung di Rumah Panjang.

Selain itu, Rumah Panjang juga menjadi tempat bagi warga dalam melestarikan kekayaan seni dan budaya Dayak.
Salah satu yang cukup terkenal dan masih hidup sampai hari ini ialah Kain Tenun Ikat Dayak.

Nilai lain yang tentu saja sangat terasa dan kentara dari kehidupan di Rumah Panjang ialah tingginya semangat kebersamaan dan kekeluargaan.
Dalam semangat ini, segala pekerjaan hampir selalu dilaksanakan secara gotong royong.
Setiap warga akan selalu siap sedia membantu sesamanya tanpa mengharapkan imbalan atau upah.

Hidup dalam kebersamaan mengajarkan mereka bahwa hanya dengan bekerja sama manusia bisa mencapai prestasi yang tidak dapat dicapai kalau ia bekerja seorang diri.
Dengan bergotong royong mereka sungguh menyadari keterbatasan dirinya dan disadarkan akan arti penting kehadiran orang lain dalam hidupnya.

Kini zaman sudah semakin modern.
Dengan satu dan lain alasan, beberapa suku Dayak tidak lagi tinggal di Rumah Panjang.
Dengan menempati rumah tunggal atau rumah gaya modern seperti sekarang ini, semangat kebersamaan dan kekeluargaan memang masih sangat kental dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, ada juga hal lain yang menimbulkan keprihatinan.
Khususnya, keengganan generasi milenial dalam menggali dan mempelajari warisan seni dan budaya Dayak.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru