99judiqq
99judiqq - Perayaan HUT RI yang jatuh di hari Senin seakan membuat jiwa traveling saya bergejolak mengingat adanya long weekend.
Seketika saya mengajak teman semasa kuliah untuk membuat planning traveling apalagi sudah banyak tempat wisata yang dibuka selama new normal ini.
Tiba-tiba teman saya mengatakan dirinya harus standby di rumah karena adanya upacara virtual memperingati HUT 75 RI.
Ini karena ada surat edaran untuk mengikuti upacara online di instansinya di salah satu BUMN.S
Baru tahu terdapat surat edaran dari Mensesneg nomor B-457/M.Sesneg/Set/TU.00.04/06/2020 tentang Partisipasi Menyemarakan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2020,
Salah satu poin menjelaskan bahwa sebagai upaya mematuhi protokol kesehatan dan pencegahan Covid19 maka upacara HUT 75 RI hanya dihadiri oleh undangan terbatas.
Sebagai gantinya akan diadakan upacara virtual yang dapat diikuti oleh masyarakat umum khususnya dari kalangan PNS, BUMN, TNI/Polri ataupun instansi pemerintah lainnya.
Teman saya berkelakar bahwa dirinya hanya menyiapkan kemeja putih saja karena nanti hanya menampilkan wajah dan badan bagian atas saja.
Baru kali ini diminta oleh instansi untuk wajib mengikuti upacara online.
Infonya di instansinya memberlakukan sanksi administrasi jika tidak ikut dalam upacara online tersebut.
Muncul pertanyaan dalam hati.
Apakah esensi makna upacara HUT RIA akan berkurang seiring diterapkan upacara online?
Secara personal saya berpendapat bahwa pasti ada sesuatu yang hilang dengan beralihnya upacara konvensional ke media virtual.
Kita sudah paham betul bahwa Upacara HUT RI begitu sakral karena menjadi peringatan lahirnya NKRI serta menghormati semua perjuangan pahlawan bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Tidak heran HUT RI pun seakan ditunggu-tunggu oleh sebagian masyarakat.
Melihat penampilan Paskibraka yang telah berlatih keras untuk mengibarkan dan menurunkan bendera pusaka, mendengarkan pembacaan UUD 1945 dan Pancasila, sambutan pembina upacara hingga mendengarkan lagu dan atraksi yang disiapkan oleh panitia.
Sejak masa pemerintahan Jokowi bahkan tamu undangan diminta menggunakan pakaian adat yang membuat acara HUT RI semakin semarak dan berwarna.
Namun sepertinya tahun ini akan terasa berbeda.
Jika pada upacara konvensional akan menggunakan pakaian yang sudah ditentukan hingga berbaris rapih.
Kini saya membayangkan bisa saja peserta menggunakan kemeja namun masih menggunakan kolor atau celana pendek.
Ini mengingat peserta hanya mengikuti rangkaian acara dengan posisi setengah badan.
Kondisi ini tentu mengurangi kesiapan dan semangat peserta dalam mengikuti HUT RI.
Jika berkaca pada aktivitas Study from home atau kelas online dimana banyak muncul postingan tentang siswa yang ikut kelas online sambil tidur, makan, mandi, ataupun aktivitas pribadi lainnya.
Hal ini bisa terjadi pada kegiatan upacara online.
Ini mengingat susahnya mengatur sikap orang lain melalui media virtual.
Bagi peserta upacara yang cerdik namun ada perasaan masih ngantuk atau sengaja menghindari ikut upacara online.
Bisa saja mensiasati dengan mengubah nama dengan penulisan connecting.
Cara ini banyak dilakukan oleh pelajar, mahasiswa ataupun pekerja yang melakukan aktivitas daring.
Melalui cara ini seolah-olah peserta hadir namun karena jaringan tidak stabil membuat gadget berusaha mencari jaringan dan wajah tidak muncul di layar.
Semakin hari selalu ada cara dan trick baru yang diciptakan masyarakat untuk mengelabui suatu hal.
Ini pun bisa terjadi saat pelaksanaan upacara online.
Disisi lain meskipun upacara HUT RI tahun ini terasa berbeda karena harus dilakukan secara virtual namun saya mengapresiasi pemerintah dan penyelenggara.
Apresiasi ini karena kondisi pandemi ini telah merubah tata kebiasaan dan aktivitas masyarakat global.
Meskipun ada penerapan protokol kesehatan yang melarang aktivitas yang melibatkan massa dalam jumlah besar.
Pemerintah melalui Sekretaris Negara berusaha merancang agar pelaksanaan HUT RI tetap bisa dilaksanakan secara khidmat dan tetap sesuai aturan protokol kesehatan.
Saya percaya hal ini bukan pekerjaan mudah karena untuk mempersiapkan upacara konvensional saja perlu persiapan matang apalagi tahun ini dengan skema melalui media virtual.
Tantangan tentu sangat besar seperti memastikan peserta online mengikuti proses upacara dengan syarat yang ditentukan, jaringan yang stabil hingga kendala teknis yang dapat mengacaukan proses upacara virtual.
Jika kembali pada judul tulisan saya apakah akan mengurangi esensi kemerdekaan?
Saya mengatakan pasti akan mengurangi namun seberapa besar tergantung dari panitia dan peserta upacara.
Jika kedua pihak bisa bersinergi seperti panitia mempersiapkan segala hal teknis maupun non-teknis dengan matang sehingga proses upacara berlangsung lancar serta peserta berkontribusi dengan hadir dan mengikuti upacara dengan khidmat.
Saya rasa esensi peringatan HUT RI masih dominan dirasakan.
Akan tetapi jika panitia tidak mempersiapkan acara dengan matang sehingga muncul kendala seperti jaringan error ditengah proses serta peserta berpakaian seenaknya sendiri dan mensiasati diri untuk menghindari kehadiran dalam upacara tentu akan membuat esensi upacara berkurang drastis.
Esensi utama dalam upacara adalah kedisplinan, tanggung jawab, rasa syukur dan penghormatan atas jasa para pejuang kemerdekaan.
Jangan sampai kehadiran peserta upacara online hanya terkesan formalitas untuk menghindari sanksi administrasi belaka.
Berharap meskipun upacara HUT RI dilakukan secara virtual bagi PNS, pegawai BUMN, BUMD, TNI/Polri ataupun instansi lainnya tetap bisa menjaga esensi dari upacara tersebut yaitu disiplin, tanggung jawab dan penghormatan kepada perjuangan para pahlawan kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar