Menghisap ganja sejak remaja sampai tua tapi baik-baik saja

Mengisap Ganja sejak Remaja sampai Tua, kok Baik-baik Saja
99judiqq

99judiqq - Mereka yang berkata bahwa, ganja itu berbahaya, hanyalah berdasarkan informasi saja.
belum pernah sekalipun mencobanya.
Padahal informasi itu belum tentu benar sahihnya.
Itulah watak bangsa Indonesia ini.
Bisanya hanya membebek belaka.

Hal itu diungkapkan seorang  pemakai, dan pernah jadi pengedar ganja, gelek, cimeng, atau sebutan lainnya, yakni jenis narkotika yang menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009  masuk golongan 1 (satu).
Artinya golongan yang paling berbahaya daripada jenis narkotika yang bernama Alfameprodina, Anileridina, atau yang lainnya yang termasuk golongan 2 (dua).

Jadi pemakai ganja sejak duduk di bangku SMP.
Walhasil sejak usia 13 tahun, dan baru berhenti 4 (empat) tahun lalu.
Saat usianya menginjak 40 tahun.
Wow, 27 tahun dia menjadi pemakai ganja yang setia.
Paling tidak dalam satu hari dia menghabiskan satu sampai tiga linting untuk dihisapnya.


Suatu hal yang yang membuat takjub, selama itu belum pernah ada catatan medis yang memvonisnya mengidap suatu penyakit yang berbahaya.
Tubuhnya sehat, bahkan kekar adanya.


Selama jadi pemakai pun belum pernah sekalipun ada catatan kriminal di kantor kepolisian.
Karena tertangkap sedang mabuk (fly) misalnya, atau berbuat tindak kriminal baiknya seorang yang mabuk karena usai menenggak minuman keras.
Sama sekali tidak ada.

Kecuali satu kali dia berurusan dengan satnarkoba Polresta.
Itu pun ketika dia coba-coba menjadi pengedar, karena memiliki stok yang melebihi kebutuhannya sendiri.
Apa boleh buat, beberapa tahun jadi penghuni lapas.

Terlepas dari kebiasaannya memakai barang "haram" itu, dalam pergaulan di tengah masyarakat, ia pun bukanlah seorang brandalan tukang bikin onar, atau paling tidak punya hobi tawuran. Tidak. Sebaliknya justru malah selalu tampil sebagai seorang panutan.
Terutama di kalangan anak muda.

Demikian juga sikap welas-asihnya terhadap kaum dhuafa, terutama dari golongan lansia, selain senantiasa bersikap hormat, tak lupa dalam setiap kesempatan seringkali teman saya itu memberikan sedekah kepada mereka.

Sehingga karena hal itu juga, dalam pemilihan pejabat publik di daerahnya, teman saya itu didaulat warga untuk maju sebagai kontestan.
Dan karena digadang-gadang menjadi kandidat pemimpin daerah juga, sampai akhirnya tampil sebagai pemenang, ia pun memutuskan untuk tidak lagi mengisap ganjayang dianggapnya hanya sekedar untuk rekreasi dan relaksasi itu, secara total hingga sekarang.

"Apakah sekarang ini ada keinginan untuk mengisapnya kembali?" pancing saya.

Dia menggeleng dengan pasti.

Bahkan sebaliknya dengan rokok,sambil mengacungkan rokok yang tak henti dihisapnya.
Saya masih saja kesulitan untuk berhenti dari kecanduan barang yang satu ini.

Sehingga saya berkesimpulan, ganja tidak membuat seseorang jadi kecanduan.
Malahan menurut pemeriksaan medis saat test kesehatan, saya dinyatakan sehat oleh tim dokter yang memeriksa tubuh saya ini.

Sebaiknya pemerintah menindaklanjuti dengan mengadakan kajian dan riset yang lebih mendalam lagi dari berbagai aspek, untuk melihat maslahat dan mudharatnya.
Setelah itu membuat  regulasi yang lebih luwes lagi.
Jangan kaku seperti undang-undang yang berlaku saat ini.
Soal pro dan kontra pasti ada.
Sebagaimana jaman Bang Ali membangun Jakarta ungkapnya dengan penuh semangat.

Bahkan lebih jauh iapun meminta kepada media untuk mencari tahu, sejauh mana komitmen pihak yang berwajib, mulai kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan BNN sendiri dalam menyita barang bukti narkoba, termasuk ganja, apakah benar-benar dimusnahkan seluruhnya, atau hanyalah sekedar suatu drama seremoni saja.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru