99judiqq
99judiqq - Tugas orang tua adalah hal paling kompleks yang ada di dunia.
Ya, orang tua bukan sekedar bikin anak, membesarkan, menyekolahkan, lalu mencukupi anaknya secara finansial.
Tapi, orang tua juga bertugas menciptakan shelter perlindungan untuk sang anak.
Bukan hanya sekadar dalam bentuk rumah.
Setiap anak adalah manusia bebas sejak lahir.
Mereka punya kemauan.
Punya cita-cita.
Berpikir dengan keinginannya, dan beranjak menuju mimpi-mimpinya.
Tugas orang tua di saat itu, adalah membantu.
Memfasilitasi jika mampu.
Hingga membukakan jalan, entah lewat hal yang disebut -privilege-anak-siapa- itu.
Yang terpenting, orang tua juga harus memberi perlindungan saat anak sedang gagal.
Ya, orang tua harus bisa menjadi shelter bagi anak.
Orang tua harus meredam rasa kawatir dalam diri anak yang baru saja gagal.
Karena seorang anak, yang sudah berani mandiri, melangkah memperjuangkan mimpinya, lalu gagal, pantas untuk disambut tanpa banyak pertanyaan.
Terutama oleh orang tua mereka sendiri.
Karena saat gagal, otomatis terbesit dalam diri anak perasaan menyesal lahir ke dunia, seolah tidak berbakti, tidak membanggakan, dan tidak becus membahagiakan orang tua. Maka mereka perlu ruang untuk meredam kekawatiran itu, terutama lewat peran orang tua.
Sayangnya, menyingkirkan rasa kawatir ini juga bukan hal sepele.
Orang tua, sebagai pihak yang merasa bertanggungjawab atas hidup anak, seringkali ikut merasa payah dan gagal saat anak tidak berhasil.
Perasaan itu akhirnya juga menimbulkan kecemasan yang kemudian menular pada anak. Akhirnya, anak menjadi takut membuat orang tuanya kawatir, cemas dan sedih saat mereka gagal.
Hal itupun mengimbas pada ketakutan anak untuk pergi ke orang tua.
Padahal, orang tua harus jadi shelter perlindungan terakhir bagi anak saat dunia sedang kasar-kasarnya.
Saya belum jadi orang tua.
Dan bisa jadi ada pembaca artikel ini yang belum jadi orang tua.
Tapi bagi mereka yang sudah jadi orang tua, kualitas rasa harus diperhatikan dengan lebih jeli dan hati-hati.
Bisa jadi, anak depresi hingga bunuh diri, karena tidak mampu menemukan shelter perlindungan untuk diri mereka.
Bahkan dalam sosok orang tuanya.
Inilah yang sering terjadi belakangan.
Anak segan lari dan berlindung ke orang tua, karena adanya beban untuk membuat orang tua bangga akan dirinya.
Padahal, entah berhasil entah gagal, orang tua harus tetap bangga pada anak.
Tetap harus menyediakan ruang untuk mereka pulang ke pelukan.
Orang tua juga harus menahan rasa kawatirnya saat melihat kegagalan anak.
Karena sungguh, bagi sang anak, menjadi gagal juga bukan hal yang mudah.
Anak hanya butuh setidaknya satu tempat untuk membuat mereka merasa 'nggak apa- apa' meskipun sedang kalah dalam kehidupan. Mereka perlu disambut pulang tanpa rasa kawatir oleh orang tuanya sendiri.
Bukannya justru oleh lelaki baru dikenal yang bahkan nggak berani diajak berkomitmen.
Semoga aku, kamu dan kita semua bisa menyediakan tempat paling aman bagi anak.
Tempat yang sering digambarkan dengan bentuk rumah, namun sejatinya adalah soal hati dan perasaan.
Entah di saat kondisi anak berhasil ataupun gagal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar