99judiqq
99judiqq - Kabar mengenai para satwa di berbagai kebun binatang negeri ini yang mengalami kelaparan dan harus berpuasa Daud akibat pandemi yang sedang menyerang negeri dan bumi ini memang menggetarkan hati masyarakat.
Banyak yang tersentuh dan menyisihkan uangnya untuk memberi bantuan dana, berharap agar rusa-rusa di kebun binatang tidak ditumbalkan untuk makan singa atau harimau.
Jika para pembaca merupakan salah satu dari orang-orang yang juga merasa miris dengan fakta tersebut, sebaiknya kita coba lihat kembali apa yang sebenarnya selalu terjadi di kebun binatang, bahkan sebelum adanya pandemi.
Masih ingatkah kisah tragis seekor beruang madu kurus kering yang mengemis makanan pada pengunjung di Kebun Binatang Bandung? Atau berbagai kasus binatang yang ditemukan mati secara tragis di Kebun Binatang Surabaya? Kejadian-kejadian tragis ini sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu dan juga cukup menggugah simpati masyarakat.
Namun, tetap saja pemberitaan mengenai banyaknya penyiksaan yang terjadi pada satwa di kebun binatang nampaknya tak memberikan dampak besar pada minat sebagian besar warga Indonesia untuk menjadikan kebun binatang sebagai objek wisata, mengingat kebun binatang memang telah menjadi salah satu lokasi favorit masyarakat untuk berwisata dikarenakan lokasinya yang relatif strategis dan harga tiket masuk yang relatif murah pula.
Dengan beragam jenisnya, di Indonesia sendiri, ada puluhan kebun binatang yang tersebar di berbagai pulau dan provinsi.
Secara umum, tempat ini memang dikenal sebagai objek wisata atau wahana rekreasi dan hiburan, terutama bagi keluarga, selain juga sebagai wisata edukasi yang sering kali disematkan, terutama untuk menggugah perhatian para orangtua agar membawa anak-anaknya ke tempat ini.
Melihat kebun binatang dari sudut pandang manusia yang haus akan keingintahuan dan kesenangan memang mudah.
Tapi, apakah keberadaan kebun binatang memang semata membawa hiburan dan edukasi bagi manusia?
Pernahkah kita melihat kebun binatang dari sudut pandang lain, yaitu sudut pandang para penghuninya? Pernahkah kita memikirkan keadaan para binatang yang terkurung di dalam kandang-kandang sempit di kebun binatang?
Menggabungkan dua sudut pandang sudut pandang manusia dan binatang kebun binatang lebih terlihat seperti sebuah penjara bagi makhluk-makhluk tak bersalah yang meskipun demikian tetap harus menerima hukuman mereka, yaitu kebebasan yang direnggut demi sebuah tontonan dan hiburan untuk memuaskan mata dan hasrat dalam diri manusia.
Apa itu kebun binatang?
Kebun binatang merupakan sebuah tempat di mana berbagai jenis binatang yang tersebar di berbagai penjuru dunia ditangkap dan diletakkan di dalam kandang-kandang untuk dipertontonkan kepada manusia.
Namun, untuk membahas mengenai kebun binatang yang ada pada masa ini, perlu kita lihat sejarah kebun bintang jauh ke belakang.
Keberadaan kebun binatang yang ada saat ini berawal dari managerie, yaitu koleksi binatang-binatang liar dengan tujuan untuk dipertontonkan, sebagai sebuah simbol kekayaan dan kekuasaan.
Menagerie populer pada masyarakat peradaban kuno, seperti Mesir, Mesopotamia, Persia, dsb.
Seiring berjalannya waktu, koleksi binatang yang semula bersifat pribadi lama kelamaan dibuka untuk umum, dan setelah berlangsung selama berabad-abad, menagerie bertransformasi menjadi kebun binatang seperti yang saat ini sering kita temui di berbagai tempat.
Saat ini, kita dapat menjumpai berbagai tipe kebun binatang di seluruh dunia.
Namun, dua tipe kebun binatang yang paling banyak dijumpai di Indonesia yaitu kebun binatang yang berada di perkotaan atau urban zoos, seperti Kebun Binatang Ragunan di Jakarta dan Gembira Loka di Yogyakarta; dan safari parks, seperti Taman Safari Indonesia di Bogor, Jawa Barat dan Prigen Indonesia Safari Park di Pasuruan, Jawa Timur.
Kebun binatang yang berada di perkotaan umumnya memiliki koleksi binatang yang beraneka ragam dari berbagai penjuru dunia yang diletakkan di kandang-kandang dengan ruang gerak yang sangat, sangat terbatas jika dibandingkan dengan habitat asli mereka di alam liar.
Polusi udara dan polusi suara merupakan faktor lain yang perlu diperhatikan sebagai sumber keprihatinan dari kebun binatang tipe ini.
Tipe kebun binatang lain yang umum dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu safari parks, menyuguhkan ruang gerak yang lebih luas bagi para binatang di dalamnya, dibandingkan dengan kebun binatang tradisional yang biasa ditemukan di daerah perkotaan.
Safari parks didesain menyerupai habitat asli para binatang, dan para pengunjung diizinkan untuk mengendarai mobil mereka untuk melihat habitat tiruan tersebut.
Di negeri ini, atas izin Kementerian Lingkungan dan Kehutanan, kebun binatang-kebun binatang yang umumnya dikelola oleh Pemerintah Daerah maupun swasta ini sering kita dengar dimaksudkan sebagai tempat konservasi, edukasi, dan tentu saja rekreasi.
Namun, melihat fakta yang ada mengenai kebun binatang baik di Indonesia maupun di negera-negara lain, yang menyediakan ruang gerak yang sangat terbatas, tempat yang bising dan sama sekali tidak memberikan ruang privasi untuk menjaga ketenangan para binatang, khususnya di kebun binatang tradisional, edukasi, dan rekreasi macam apa yang sebetulnya diharapkan dari kebun binatang?
Kebun binatang bukanlah rumah, melainkan penjara bagi para binatang
Untuk membuka mata masyarakat mengenai ketidakadilan yang diterima oleh para binatang di dalam kebun binatang tidaklah mudah.
Untuk mengawalinya, kata-kata yang mungkin tepat untuk diberikan yaitu: binatang bukanlah properti milik manusia.
Sama seperti manusia, binatang pun dapat merasakan sakit, merasa bosan, mengalami stress, merasakan pegal, dan bahkan menderita karena sedih.
Di kebun binatang, hal-hal ini sama sekali tak diragukan terjadi pada semua binatang yang ada di dalamnya.
Sebab utama dan yang paling gampang untuk ditelaah yaitu binatang jelas tidak bisa menyalurkan insting dan naluri alamiah mereka di dalam kebun binatang, dalam hal ini terutama dirasakan oleh mereka yang berada dalam kandang-kandang sempit di kebun binatang tradisional.
Banyak dari binatang-binatang di kebun binatang yang bahkan sejak lahir belum pernah sedikit pun menghirup udara di alam liar yang jauh dari polusi, tempat di mana mereka seharusnya berada.
Namun, berada dalam kurungan dan dikelilingi ratusan bahkan ribuan manusia setiap harinya bukanlah satu-satunya siksaan yang mereka hadapi.
Seperti yang sudah sering diberitakan di berbagai media, banyak penyiksaan terjadi di kebun binatang, khusunya di Indonesia.
Selain kasus yang telah disebutkan di awal tadi, masih banyak kasus-kasus lain yang banyak terjadi di berbagai kebun binatang di negara ini.
Contohnya adalah penyiksaan binatang yang terjadi di kebun binatang Gembira Loka Yogyakarta pada tahun 2016 silam.
Kebun binatang yang cukup tersohor namanya di negeri ini ternyata juga tak luput dari keteledoran dan tindakan penyiksaan terhadap satwanya
Kasus penggelapan uang jatah makan Harimau Sumatera dilakukan oleh seorang petugas bagian nutrisi yang kemudian mengakibatkan satwa tersebut berada dalam kondisi yang jauh sekali dari kata layak.
Kasus lain juga ditemukan di kebun binatang mini yang berada di Depok.
Kasus ini juga merupakan salah satu kasus yang sempat viral dan mengundang banyak komentar negatif dari masyarakat.
Kebun binatang mini ini lebih layak disebut sebagai tempat penampungan sampah karena banyaknya sampah yang ada betul-betul memehuni kandang-kandang binatang, seperti kandang monyet dan buaya.
Kebun binatang sama sekali tidak berpihak pada binatang
Ada tiga pihak yang dilibatkan dalam sebuah kebun bintang, yaitu pengelola, pengunjung, dan binatang.
Pengunjung mendapatkan hiburan dari binatang-binatang yang terkurung di kebun binatang dengan membayar tiket yang nantinya akan mendatangkan keuntungan bagi pengelola.
Lantas, keuntungan apa yang didapat oleh para binatang?
Binatang tentu sama sekali tak dilibatkan dalam pengambilan keputusan apapun.
Tanpa tahu apapun mengenai aturan yang telah dibuat oleh manusia, dengan segala kepolosan dan ketidakberdayaan mereka, para binatang ini dipaksa untuk menurut dan mengerti kehendak manusia yang ingin mengeksploitasi mereka.
Tentu kita semua sepakat bahawa diambil paksa dari habitat aslinya di alam liar, maumpun dilahirkan di sebuah kandang sempit dan tumbuh besar di dalamnya, dipertontonkan kepada manusia setiap hari, belum lagi menerima perlakuan buruk dari pengelola dan pengunjung yang tidak bertanggung jawab tentu bukan sesuatu yang layak disebut sebagai sebuah keuntungan bagi binatang-binatang tersebut.
Kebun binatang merupakan suatu wujud dari keliaran yang tertanam dalam diri manusia yang disalurkan melalui pengeksploitasian binatang-binatang yang dianggap liar, yaitu mencari hiburan dari penderitaan yang mereka alami.
Padahal, kita tahu banyak sekali hiburan bisa didapat oleh manusia, terutama di era ini, yang telah dipenuhi campur tangan teknologi yang sangat canggih.
Jika terpaksa harus melihat sisi positif dari kebun binatang, ada satu hal yang mungkin bisa ditarik.
Kebun binatang, khusunya tipe safari park memperlihatkan dan mengajarkan kepada para pengunjung bagaimana interaksi dan kesinambungan antara hewan, tumbuhan, dan organisme-organisme yang ada di dalamnya berlangsung, sehingga para pengunjung diharapkan dapat lebih memahami keseimbangan alam.
Namun, apakah berada di dalam kurungan---yang walalupun dilengkapi dengan fasilitas lebih ketimbang kebun binatang tradisional---betul-betul akan merepresentasikan keadaan alam yang sesungguhnya?
Bagaimana mungkin edukasi mengenai binatang dan keseimbangan alam didapatkan melalui sebuah kurungan, yang bahkan tak mengizinkan para binatang untuk menyalurkan insting naluriahnya, sesuai dengan keadaan alam yang sedang berlangsung?
Meskipun sisi negatif dari kebun binatang jelas lebih dominan jika dilihat dari sudut pandang kemanusiaan dan kepedulian terhadap hewan untuk menutup seluruh kebun binatang yang ada merupakan suatu hal yang hampir mustahil untuk dilakukan.
Numun, dengan melihat apa yang terjadi di kebun binatang, tidak menutup kemungkinan bahwa label wisata edukasi yang disematkan pada tempat ini betul-betul akan mendapatkan maknanya dari sisi yang lain.
Mulai sekarang, tanyakan pada diri sendiri: apakah kita rela mengizinkan orang lain memegang kendali atas nyawa kita dan sepenuhnya merenggut kebebasan hidup kita di muka bumi ini?
Tidakkah binatang-binatang di dalam kebun binatang tersebut merasakan hal yang sama dengan apa yang kita rasakan? Dengan menjawab pertanyaan ini, dari sudut pandang kemanusiaan, edukasi yang sesungguhnya mungkin saja dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar