Perlukah Premium dan Pertalite Dihapus? Asal Bijak dan Tak Membuat Masyarakat Menjerit

Perlukah Premium dan Pertalite Dihapus? Asal Bijak dan Tak Membuat Masyarakat Menjerit
99judiqq

99judiqq - Bahan bakar minyak itu dari dulu sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat.
Walaupun tidak dikonsumsi namun mereka sudah meninggalkan alat transportasi tanpa mesin.
Hampir semua orang juga memiliki kendaraan bermotor entah roda dua maupun roda empat.

1. Alasan Premium dan Pertalite Dihapus 

Wacana penghapusan bensin kategori premium dan pertalite sudah pernah digaungkan beberapa tahun silam.
Namun sampai saat ini masih belum ada jalan keluarnya.

Terkait dengan penghapusan kedua jenis BBM tersebut adakalanya pemerintah menerapkan sistem baru yang lebih mudah dan efisien, yang lebih pro untuk rakyat.
Kalau rakyat sejahtera tidak akan ada demo untuk minta turunkan harga BBM.
Harga-harga sembako juga akan kena imbasnya dari fluktuasi harga minyak ini.


Dikutip dari situs Pikiran Rakyat tentang alasan Pertamina belum menurunkan harga BBM, padahal harga minyak di dunia sudah turun.
Karena faktor fluktuasi, yang bisa sewaktu-waktu naik lagi.

Namun menurut Nicke Widyawati selaku direktur Pertamina.
BBM bisa turun dengan dua pilihan, yakni pemilihan biaya produksinya yang lebih rendah, meningkatkan impor minyak murah serta memangkas biaya produksi dan menutup hulu kilang minyak imbasnya pada kerja sama dengan Kontaktor Kontrak Kerja Sama.
Proses menutup juga butuh biaya, reactivate juga butuh dana.

Maka harga Premium dan Pertalite lebih murah daripada pertamax yang kisaran Rp 9000 per liter.
Dibandingkan harga Pertalite Rp. 7650 dan Premium Rp.6450.

Tentu masyarakat akan memilih harga yang lebih murah sesuai konsep permintaan ekonomi.
Bahkan tidak jarang ditemui mobil mewah namun masih menggunakan BBM subsidi yaitu Premium.

Dilihat dari kinerja BBM terhadap transportasi premium masih menjadi pilihan masyarakat kecil karena lebih hemat dan kuat pada mesin.

Lalu Pertamax memang lebih bersahabat dengan lingkungan namun cepat habis saat digunakan.
Premium sendiri memiliki RON 88 dan Pertalite dengan RON 90 yang masih tidak masuk kategori ramah lingkungan.
Karena standar BBM menurut Euro 4 yang aman untuk emisi gas di dunia yaitu diatas RON 91 dengan kadar sulfur maksimal 50 ppm.

Alasan pencabutan BBM Premium dan Pertalite yaitu berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 Tahun 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N dan Kategori O.
Artinya, produk BBM beroktan rendah seperti Premium dan Pertalite berpotensi tidak lagi dipasarkan.

2. Pro dan Kontra Jika Premium Harus Dihapuskan.

Jika Premium dan Pertalite dihapus, berarti hanya akan mengandalkan Pertamax di bahan bakar bensin.
Sementara harga Pertamax relatif mahal di Indonesia tidak setara dengan harga di negara tetangga seperti Malaysia.

Otomatis bahan pangan akan naik dan segala sesuatunya ikut naik karena transportasi merupakan hal yang paling vital.
Bahkan tukang becak sekarang jarang yang menggunakan pedal beralih modifikasi dengan motor bebek 2-tax yang barang tentu mereka menggunakan premium sebagai bahan bakar utama.
Selain ekonomis dan lebih irit pada penggunaannya.

Orang ke sawah juga rata-rata masih menggunakan sepeda motor keluaran jadul.
Karena masyarakat kita masih lebih memilih bahan bakar yang murah juga irit.
Padahal jika ditinjau ulang mungkin kita termasuk negara yang tertinggal dari negara-negara lain yang kendaraan maupun bahan bakarnya lebih maju.

Mungkin dampak terbesar berikutnya akan terjadi pada pengendara ojek online yang menjadi lahan mata pencaharian paling banyak selain kurir ekspedisi.
Tentunya akan berimbas pada tarif pengiriman barang maupun jasa.

3. Harus Adanya Pembaruan

Jika memang bensin (Premium dan Pertalite) benar-benar akan dihapus.
Maka harus diimbangi dengan harga Pertamax yang turun atau membuat inovasi baru seperti zaman 2005, yaitu adanya bensin biru yang kualitas timbalnya lebih ramah lingkungan.

Itu pun jika Pertamina bersedia mengolah bahan bakar jenis baru yang lebih merakyat namun dengan kualitas ramah lingkungan.
Atau opsi berikutnya hanya menggunakan satu produk Pertamax namun harga yang terjangkau di kalangan masyarakat bawah.

Toh kalau ada semacam subsidi lagi sering kali tidak tepat sasaran, banyak kalangan menengah ke atas masih menggunakan bensin bersubsidi.
Itu bukan rahasia umum lagi, bukan?

4. Perlu Adanya Upaya Penghijauan

Kalau memang Premium dan Pertalite menyumbang emisi lebih besar.
Bagaimana dengan emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari proses pembakaran?

Seperti tahun 2015 yang terjadi kebakaran di banyak wilayah Indonesia total luas 2.6 juta hektar.
Ternyata menyumbang emisi sebesar 802 juta karbon dioksida ekuivalen (COe).

Menurut pengamat National Institute for EnvIronmental Studies (Jepang) yang bekerja sama dengan Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim (IPB) tentang pengawasan kualitas udara secara real time.
Menyimpulkan adanya penurunan polusi udara di Kota Bogor, Jawa Barat.

Memang selama PSBB dilakukan, tingkat emisi gas nitrogen dioksida berkurang.
Ini salah satu gas yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sehingga dampaknya langit tampak lebih cerah, tanpa gerombol awan-awan gelap.

Namun jumlah karbon dioksida masih tetap meningkat secara bertahap.
Besar level turunnya yaitu 7.2% sepanjang periode April sampai Mei 2020.

Kita bersyukur adanya penurunan gas emisi tersebut.
Sedikit banyak bisa membantu menjaga keseimbangan alam dan kelestarian udara maupun keadaan efek rumah kaca di atmosfer yang sedikit mengurangi bebannya.

Namun kembali ke topik utama, penghapusan BBM Pertalite dan Premium harus secara bijak.
Jika memang ingin mendengarkan suara rakyat, dihapusnya kedua jenis bensin tersebut harus diimbangi dengan kualitas kesejahteraan masyarakat.

Jangan membuat masyarakat makin kebingungan dengan keadaan yang serba naik-mahal.

5. Dobrakan Inovasi Terbaru dan Evaluasi Nyata

Perlu generasi cerdas Indonesia menyumbang ide-ide brilian untuk transportasi yang bebas polusi dan segera diproduksikan di dalam negeri dengan harga yang mudah dijangkau.

Karena Negara Indonesia ini tidak bisa menerapkan kebiasaan seperti negara maju yang mengutamakan menggunakan transportasi umum daripada pribadi. Tentunya karena transportasi di Indonesia sistemnya tidak seperti negeri maju yang tepat waktu dan sistematis penggunaannya.

Juga mohon dengan hormat, agar penegak hukum juga berlaku seadil-adilnya.
Masih banyak pembelian bahan bakar secara ilegal lalu dijual kembali dengan harga lebih mahal.
Ketika masyarakat membutuhkan bahan bakar tersebut, malah kosong di beberapa pom bensin.

Perlu evaluasi lagi bagaimana agar sistem distribusi BBM merata dan tepat sasaran.
Kalaupun ada masyarakat yang ingin menjual eceran, sebaiknya ada harga khusus dari Pertamina dan tindakan sangat ketat bila ada lonjakan harga yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Kesimpulan saya, saya setuju dengan adanya penghapusan Pertamina dan Pertalite asal dibarengi dengan kualitas bensin yang ramah lingkungan juga harga yang terjangkau untuk semua golongan.

Lebih baik harga rata daripada ada subsidi masyarakat bawah tidak kebagian, diambil oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk dijadikan lahan bisnisnya.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru