99judiqq
99judiqq - Era Soeharto adalah bagian dari negara ini, terlepas dari sedikit torehan tinta hitam pada masa pemerintahannya, banyak yang menyadari (atau tidak menyadari), bahwa Indonesia di tangan The Smiling General ini, pernah menikmati puncak kejayaan.
Era keemasan tersebut, tentu tidak terlepas juga dari "para pembantu presiden", khususnya kiprah dari orang-orang terdekat beliau.
Namun mungkin banyak yang tidak terlalu mengenal sosok dari Mayor Jenderal Soedjono Hoemardani, yang merupakan staf pribadi Soeharto yang memegang urusan keuangan dan ekonomi.
Yang pasti, nama tersebut masih kalah pamor dengan nama-nama besar lainnya seperti Harmoko, Jenderal Try Sutrisno, atau Sudwikatmono.
Namun, menurut sumber, hanya Soedjono-lah yang mendapatkan izin masuk ke kamar Soeharto, selain ibu Tien.
Yang lebih menghebohkan lagi, Soedjono juga dikenal sebagai dukun yang handal dan penasihat spiritual Soeharto.
Saking kuatnya pengaruh beliau kepada sang Presiden, jurnalis memberinya gelar sebagai "Rasputin Indonesia."
Nah, sebelum kita mengulik lebih jauh lagi mengenai sang Jenderal ini, mari kita melihat dulu sejarah dan kiprahnya, hingga bisa menjadi salah satu orang kepercayaan Soeharto.
Awal Karir Militer Soedjono Humardani.
Sedari muda, Soedjono tak jauh-jauh dari dunia ekonomi.
Setelah lulus dari HIS Surakarta, ia sekolah di Gemeentelijke Handels School, sebuah sekolah dagang di Semarang.
Setelah tamat sekolah, ia kembali ke Solo dan meneruskan usaha ayahnya yang merupakan pedagang yang memasok berbagai jenis bahan makanan dan pakaian pamong serta abdi keraton.
Selain itu, ia juga menjalankan fungsi organisasi pergerakan bernama Indonesia Muda, sebagai bendahara. Di zaman Jepang, pada saat usia yang masih muda, ia telah menjadi fukudanco (wakil komandan) dari keibodan (pembantu polisi).
Disinilah awal perkenalannya dengan dunia militer dimulai.
Di zaman revolusi, Soedjono bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan bertugas untuk mengelola bidang ekonomi dan keuangan.
Ia juga mendapatkan tugas tambahan sebagai ketua bagian keuangan pada Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) di Solo.
Karirnya di militer dimulai dari pangkat Letnan Dua, karena ia termasuk orang terpelajar, dimana pada saat kemerdekaan, hanya 10 persen saja dari seluruh orang Indonesia yang bisa membaca.
Jenderal Wiraswasta.
Selama berkarir di militer, tak sekalipun ia dikenal sebagai perwira tempur, meskipun ia juga terlibat dalam revolusi kemerdekaan.
Ia berpendapat bahwa tentara tak hanya mengurus pertempuran, namun juga logistik dan administrasi.
Harry Tjan Silalahi dalam buku Soedjono Hoemardani 1918-1986 menyebutkan bahwa "Sekalipun dia memantapkan diri di lingkungan militer tetap jiwa kewiraswastaannya tidak dengan sendirinya hilang, tapi malah memperluas sudut pandang profesinya,".
Awal perkenalannya dengan Soeharto terjadi pada saat Soeharto menjadi Panglima Divisi Diponegoro.
Di kala itu, Soedjono adalah perwira administrasi di KODAM Diponegoro Jawa Tengah.
Meskipun masih berkiprah di militer, ia juga telah memiliki banyak bisnis, dan salah satunya adalah di bidang perkapalan bersama Bob Hasan, yang juga merupakan orang dekat Soeharto.
Di tahun 1969, Soedjono mendapatkan pangkat Brigadir Jenderal dengan jabatan Asisten Pribadi Presiden Urusan Ekonomi dan Perdagangan.
Meski bukan Menteri, ia memiliki peran penting di dunia bisnis Indonesia.
Seluruh pengusaha Indonesia yang hendak berbisnis dengan Jepang harus mendapatkan rekomendasi dari dua orang, yaitu dirinya dan Menteri Perekonomian.
Pihak Jepang sendiri lebih percaya kepada Soedjono dibandingkan siapapun, karena mereka menganggap bahwa ia adalah "utusan langsung presiden."
Membawa Liem Soe Liong kepada Soeharto.
Di kala itu, bersama dengan Suryohadiputro, dan Alamsyah Ratuprawiranegara, Soedjono termasuk dalam kelompok jenderal yang sering didatangi pengusaha, dan mendapat julukan Jenderal Finansial.
Ia juga dikenal sebagai orang yang memperkenalkan konglomerat Liem Soe Liong kepada Soeharto, sehingga akhirnya Liem menjadi sahabat baik sang Presiden di masa pemerintahannya.
Menteri Urusan Mistis.
Dengan potongan rambutnya yang gondrong, Soedjono lebih mirip seniman daripada Jenderal.
Potongannya mirip penyanyi rok dan sangat jauh dari kesan klimis.
Mungkin hal ini juga seirama dengan kesan mistis pada dirinya.
Jurnalis asing yang tidak memahami kultur Jawa sering terheran-heran melihat kiprahnya di pemerintahan.
Julukan Rasputin Indonesia tidaklah berlebihan, ia juga bahkan mendapatkan julukan lain, yakni Menteri Urusan Mistis.
Soedjono sering menyambut tamu dengan kaki telanjang di dalam ruangan yang hanya diterangi oleh cahaya lilin.
Salah satu jurnalis asing pernah menulis; "Dia (Sudjono) pernah menerima duta besar negara Barat di ruangan yang gelap, dengan beberapa barang yang sepertinya mengandung kekuatan gaib menguar di cahaya yang remang-remang; dia mengenakan semacam kostum Jawa dan berjalan-jalan dengan kaki telanjang".
Dukun dan Penasihat Spiritual Soeharto.
Tingkah lakunya yang unik ini, tidak begitu saja datang dari sikap "semau gue," karena ia juga konon dikenal sebagai dukun yang handal dan merupakan penasihat spiritual Soeharto.
Awal pertemuan Soedjono dan Soeharto, memang tidak jauh-jauh dari urusan mistis.
Mereka berdua adalah murid spiritual Soediyat Prawirokoesomo atau yang lebih dikenal dengan nama Romo Diyat.
Romo Diyat pernah mengatakan kepada Soedjono untuk menjaga Soeharto, karena "ia akan menjadi orang besar, di suatu hari nanti."
Walaupun demikian, Soeharto juga sering membantah bahwa Soedjono adalah guru spiritualnya.
Menurutnya, ilmu kebatinannya tak kalah dengan Soedjono.
Seperti yang dikutip dari buku "Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. (1989:441-442)"
"Saya mendengar orang-orang mengatakan bahwa ia mengetahui ilmu mistis lebih dari saya, namun Djono dulu sering sungkem ke saya.
Dia menganggap saya sebagai senior yang mempunyai lebih banyak mengetahui soal mistis."
"Saya hanya mendengarnya agar dia bahagia, namun tidak saya anggap semua yang dia katakan.
Saya menganalisis dan berpikir mengenai hal tersebut apakah masuk akal atau tidak.
Jika masuk akal, masuk nalar, maka saya menerimanya.
Jika tidak, saya tidak akan mengikuti nasihatnya.
Jadi bagi siapa yang berpikir bahwa Djono adalah guru mistis saya, maka dia salah."
Pendiri CSIS.
Jangan mengira jika Soedjono tidak lebih dari seorang pengusaha, dan dukun semata.
Di balik gayanya yang eksentrik, ternyata ia juga memiliki otak strategis yang bagus.
Bersama Ali Moertopo, Ia termasuk dalam jajaran Jenderal yang menggagas pendirian Centre for Strategic and International Studies (CSIS), meskipun peranannya tidak jauh-jauh juga dari mencari dana untuk menghidupkan lembaga pemikir ini.
Beliau wafat pada tanggal 12 Maret 1986, beliau dimakamkan denga proses upacara militer yang ditayangkan di TVRI, dan Soeharto beserta ibu Tien juga ada disana.
Terlepas dari kedekatannya dengan Soeharto, tidak satupun keluarganya yang masuk dalam pemerintahan di era Soeharto.
Soedjono memiliki seorang saudara, yakni Sardjono Hoemardani, bekas tokoh Partai Murba, Jawa Tengah dan juga Soedijono Hoemardani, seorang tokoh tari di Jawa Tengah.
Satu-satunya keluarganya yang berkiprah di politik dengan jabatan yang bagus adalah menantunya, yaitu mantan Gubernur Jakarta, Fauzi Bowo.
Sejarah selalu menorehkan orang hebat diantara orang hebat.
Meskipun nama Soedjono Hoemardani tidak setenar para pelaku sejarah lainnya, namun peranannya di era Soeharto terbukti sangat berpengaruh, khususnya di bidang yang tidak dapat dilihat secara kasat mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar