99judiqq
99judiqq - Peluncuran Vaksin Sputnik V untuk mengatasi Covid 19 yang diumumkan secara langsung oleh Vladimir Putin memang membuat dunia tercengang dengan kecepatan Rusia menemukan vaksin korona ini.
Jika Vaksin Sputnik V memang nantinya terbukti efektif untuk mengatasi Covid-19 maka akan menjungkirbalikkan pandangan yang selama ini menyatakan bahwa pusat kemajuan pengembangan ilmu kesehatan ada di dunia barat (Amerika dan Eropa).
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dunia barat selama ini memegang kunci perdagangan obat obatan dan vaksin yang beredar di dunia ini sekaligus memonopolinya.
Munculnya Rusia sebagai "pemenang sementara" dalam perlombaan pengembangan vaksin ini memang sangat mengejutkan ilmuwan dunia barat yang sudah berusaha keras mengerahkan segala sumberdaya nya untuk menjadi negara terdepan dalam penghasilkan vaksin untuk pengatasi Covid-19.
Pernyataan Putin terkait peluncuran vaksin ini memang menyentak negara barat dan Amerika sekaligus mengundang kritikan pedas bahwa Rusia terlalu ceroboh dalam mengumumkan vaksin anti korona ini karena menurut para ilmuwan negara barat, perbuatan vaksin ini mengesampingkan fase 3 uji klinis yang wajib dilakukan dalam menghasilkan vaksin.
Bahkan pemberian nama vaksin dengan Sputnik V itupun dituduh oleh para ilmuwan barat sebagai upaya membangkitkan kejayaan kembali Rusia ketika berhasil penguasai teknologi luar angkasa dengan di era perang dingin dengan menghasilkan mahakarya teknologi pesawat luar angkasa yang dinamakan Sputnik.
Perlu diketahui bahwa fase ujicoba klinis yang wajib dilalui oleh sebuah produk vaksin adalah uji klinis fase satu, dua dan tiga,
Pada uji klinis fase 1 biasanya dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan untuk menentukan apakah kandidat vaksin menimbulkan antibodi dan juga menentukan apakah antibodi tersebut dapat memberikan perlindungan serta untuk menentukan seberapa besar dosis yang diperlukan agar dapat menimbulkan antibodi.
Pada Fase 2 uji klinis dilakukan pada orang untuk menentukan apakah fenomena kekebalan yang ditimbulkan pada uji klinis fase pertama juga ditemukan pada manusia.
Apabila hasil uji klinis fase 2 ada indikasi antibodi yang ditimbulkan pada manusia dan memberikan perlindungan terhadap virus target, maka di fase 3 uji klinis akan dilakukan ujicoba dalam skala besar untuk melakukan konfirmasi hasilnya.
Jika menunjukkan hasil yang positif, maka ujicoba klinis akan memasuki fase keempat untuk menentukan dosis yang tepat dan untuk mengetahui efek sampingnya.
Uji klinis fase 3 yang dilewatkan dalam memproduksi vaksin Sputnik V diangap sangat kritikal karena akan sangat menentukan pertama apakah vaksin menimbulkan efek samping dan kedua untuk menentukan efeftivitas vaksin yang berbeda pada kelompok masyarakat yang berbeda.
Vaksin Sputnik V memang telah melawati uji klinis fase 1 dan fase 2 yang dilakukan di bulan Juni lalu di Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology di Moskow.
Cara Rusia menghasilkan vaksin ini memang mengundang kritik tajam karena dipercaya bahwa dalam ujicoba fase 1 dan 2 hanya menggunakan sangat sedikit orang yaitu kurang 200 orang saja.
Berdasarkan data empiris memang tidak ada satupun vaksin yang dihasilkan aman bagi semua orang walaupun sudah melalui uji coba 4 fase sekalipun karena ada saja kelompok orang yang memberikan reaksi yang berbeda terdapat vaksin yang diterimanya.
Kritik pedas yang diluncurkan oleh pakar vaksin dunia barat bisa saja salah karena ada rumor yang berkembang bahwa Rusia berani meluncurkan vaksin Sputnik V ini karena sudah melakukan uji tantang langsung yaitu dengan cara mengekspos orang yang telah divaksin pada virus covid-19 untuk menentukan kinerja vaksin.
Cara Rusia melewati fase 3 uji klinis dan menggantinya dengan uji tantang memang tidak lazim dilakukan sangat beresiko karena walaupun sudah divaksin jika diekpos langsung pada virus Cpvid-19 belum tentu memberikan perlindungan yang cukup.
Jika rumor ini benar terjadi maka keberanian ilmuwan Rusia melewatkan uji klinis fase 3 dan menggantinya dengan uji tantang membuahkan hasil.
Jika melihat ekspresi dan pernyataan Putin ketika mengumumkan peluncuran Vaksin Sputnik V ini maka kita dapat melihat ekspresi kebanggan yang luar biasa bagi Rusia dapat mengalahkan kecepatan dunia barat dalam mengahasilkan vaksin anti korona. Bahkan dalam pernyataannya Putin menyatakan bahwa vaksin ini sudah dicobakan pada putrinya.
Peluncuran Vaksin Sputnik V ini memang tidak lepas dari masalah ketegangan politik Rusia dengan Amerika dan dunia barat.
Peluncuran Vaksin ini bagi Rusia merupakan prestise tersendiri karena dapat mengalahkan dunia barat dalam perlombaan menghasilkan vaksin.
Namun jika ditinjau lebih dalam lagi Rusia memang sangat berkepentingan menghasilkan vaksin untuk mengatasi krona dalam waktu sesingkat singkatnya karena Rusia merupakan salah satu negara di dunia yang paling terdampak virus ini.
Sampai saat ini jumah orang terjangkit Covid 19 di Rusia telah mencapai 898.000 orang dengan jumlah angka kematian mencapai 15,000 orang.
Jika Rusia tidak menemukan vaksin ini maka pakar epidemiologi dunia memperkirakan jumlah orang yang terjangkit Covid 19 di Rusia sampai pertengahan tahun 2021 mendatang dapat mencapai 20 juta orang dengan angka kematian dapat mencapai 750,000 orang.
Ketertutupan Rusia dalam membagi data klinis ke dunia terkait dengan hasil uji coba vaksin ini memang dapat difahami karena menyangkut rahasia dalam pembuatan vaksin.
Dunia barat sekalipun belum ada yang transparan membagi data datanya kepada dunia dalam pengembangan suatu vaksin, apalagi vaksin korona ini.
Terlepas dari kritikan pedas ilmuwan Amerika dan Barat terkait prosedur Rusia menghasilkan vaksin Spuknik V ini, dunia kini memang sangat mengharapkan vaksin korona segera ditemukan tidak perduli oleh negara manapun.
Jika benar bahwa Sputnik V memang efektif mengatasi virus Covid 10, Rusia tidak saja memenangkan perlombaan menemukan vaksin namun juga dianggap sebagai penyelamat dunia dalam hal mencegah pandemi korona meluas tidak terkendali sekaligus membungkam para pengkritik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar