99judiqq
99judiqq - Baru-baru ini kita dikejutkan dengan sebuah berita dari Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang: seorang lelaki yang bernama (A) melakukan percobaan bunuh diri setelah membunuh anaknya yang berusia 5 tahun.
Yang kemduian menjadi pertanyaan: bagaimana mungkin seorang yang waras dapat melakukan hal yang begitu tidak masuk akal?
Berita ini kemudian mengusik saya untuk menelisir data dan fakta kejadian bunuh diri, baik di Indonesia, maupun di dunia.
Menurut data WHO yang dilansir pada tanggal 09 September 2019 (sehari sebelum Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia), satu orang tewas bunuh diri setiap 40 detik, atau sekitar 800.000 kasus setiap tahun.
Selanjutnya, WHO mengatakan bahwa kejadian bunuh diri ini adalah "Fenomena Global" yang mepengaruhi seluruh negara di dunia, sehingga setiap negara harus membantu untuk menerapkan taktik pencegahannya.
"Kami menyerukan kepada seluruh negara untuk memasukkan rencana pencegahan tindak bunuh diri, yang terbukti ke dalam program kesehatan dan Pendidikan nasional secara berkelanjutan" seru direktur jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata di Indonesia, kasusnya lebih rendah, tingkat kematian akibat bunuh diri "hanya" satu kasus setiap satu jam saja, dengan 302 kasus dalam kurun waktu tahun 2019.
Fakta lainnya yang mengacu kepada data WHO adalah bahwa fenomena bunuh diri, lebih banyak terjadi di negara dengan pendapatan tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dan jumlah korban dari kaum Adam lebih banyak tiga kali, dibandingkan wanita.
Apa yang mendasari keputusan bunuh diri? Menurut riset, tiga penyebab utama tertinggi adalah:
1) Depresi
2) Trauma
3) Perundungan (bullying).
Sementara putus cinta yang selama ini dianggap sebagai penyebab utama, hanya menempati rangking kedelapan, atau satu tingkat diatas kategori sakit parah yang menempati urutan ke sembilan.
Kembali kepada pernyataan WHO, bahwa bunuh diri adalah Fenomena Dunia.
Kata Fenomena ini menarik perhatian saya, karena dapat disamakan dengan kata Fenomena Alam, yang berarti peristiwa non-artifisial, atau bukan ciptaan manusia.
Dengan demikian, apakah kita bisa menyebutkan bahwa bunuh diri sebagai sesuatu yang bukan kehendak dari pelaku yang pada umumnya adalah manusia?
Mari kita renungkan sejenak...
Setiap orang dekat kita, orang yang kita sayangi, bahkan diri kita sendiri mempunyai kemungkinan terekspos dari Fenomena Dunia ini.
Tentu banyak hal yang bisa dilakukan dalam pencegahannya, mulai dari deteksi dini sikap dan perilaku sehari hari, sampai dengan menyingkirkan benda benda berbahaya di sekitar.
Namun tetap saja, itu hanya merupakan langkah eksternal.
Bagi saya, tindakan internal, atau penyadaran adalah langkah yang paling efektif.
Saya memperkenalkan sebuah istilah yang saya pinjam dari filsafat Buddhism, Yaitu Dukkha, Anicca, dan Anatta, atau biasa juga disebut sebagai Tiga Corak Utama.
Ketiga filsafat ini, seringkali saya renungkan, jika sedang menghadapi masalah dalam hidup, dan terbukti efektif.
Lupakan istilah filsafat dan Buddhism yang mungkin terlalu berat untuk dicerna.
Mari kita membahasnya satu persatu, secara sederhana dan berlogika.
DUKKHA -- PENDERITAAN.
Konsep ini menyatakan bahwa hidup adalah penderitaan, sangat kontras dengan konsep motivator yang menyatakan bahwa hidup adalah kebahagiaan.
Namun jangan salah paham dulu, karena ini sama sekali bukan sikap pesimis.
Dukkha yang dimaksud disini, bukanlah penderitaan dalam arti kesedihan, namun lebih dalam lagi, yaitu penyebab penderitaan.
Manusia yang memahami penyebab penderitaan, akan menjadi lebih terampil lagi dalam menghadapi kehidupan, layaknya seorang petani yang sudah siap menghadapi musim kemarau Panjang.
Penyebab penderitaan adalah Ketidak-puasan, Kegelisahan, Ketakutan, dan sejenisnya.
Kondisi penyebab penderitaan ini, berasal dari satu sumber utama yaitu KEINGINAN.
Tidak salah memiliki keinginan, namun manusia harus sadar bahwa tidak semua daya upaya yang berlaku, dapat memenuhi seluruh keinginan.
Segala sesuatu yang telah kita dapatkan menimbulkan perasaan senang, namun manusia juga harus menyadari bahwa perasaan senang ini tidak akan selamanya disana.
Konsep ini mengajak kita untuk bersikap antisipatif dengan menerima segala sesuatu apa adanya.
Mengurangi keinginan keinginan yang terlalu besar, yang akan berubah menjadi penderitaan.
ANICCA -- KETIDAK KEKALAN
Konsep ini menyatakan bahwa semua kondisi akan hilang (tidak kekal), atau bisa juga disebut bahwa semua kondisi pada situasi yang berputar tanpa akhir.
Anicca bisa juga disebut sebagai konsep perubahan. Kehidupan yang kita jalani, dengan segala kejadian yang kita lalui, adalah sebuah perubahan yang pasti dan benar adanya.
Manusia yang dapat berkompromi dengan perubahan, akan menjadi lebih terampil lagi dalam menghadapi kehidupan, layaknya seorang prajurit yang sudah siap menghadapi seluruh musuhnya.
Melawan perubahan, sama dengan memaksakan matahari terbit dari ufuk barat.
Tidak menerima fakta perubahan, termasuk proses penuaan, kehilangan kepemilikan, adalah usaha yang sia sia dalam dimensi waktu.
Tidak salah menolak perubahan, dalam pemahaman bersikap waspada agar tidak ada penurunan kualitas kebahagiaan dalam kehidupan (materi, cinta, kesehatan).
Namun, fakta bahwa cinta akan meninggalkan kita adalah hal yang tidak terelakkan.
Hidup dengan terus menerus mengharapkan kebahagiaan, adalah hidup yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Konsep ini mengajak kita untuk bersikap antisipatif dalam menghadapi fakta bahwa perubahan adalah sesuatu yang selalu ada, setiap waktu, dan mencakup seluruh aspek jasmani, jiwa dan alam semesta.
ANATTA -- TANPA INTI
Saya jujur mengatakan, diantara tiga konsep, Anatta merupakan konsep yang paling tidak lazim, karena melibatkan "AKU".
AKU dalam konsep ini dianggap sebagai delusi, atau tidak memiliki inti.
Tidak ada AKU yang sesungguhnya.
Anatta bisa juga disebut sebagai konsep Tidak ada AKU atau antipola dari konsep "AKU (Ego)".
Disebutkan bahwa memilik Ego dan tidak memiliki Ego adalah sebuah makna yang tidak tetap, dan tidak abadi.
Untuk memperjelas hal ini saya akan memberikan tiga contoh.
Mobilku dicuri.
Konsep ini menjadi AKU sebelum dicuri, namun Tidak Aku lagi pada saat kecurian.
Aku tidak mau hidup menderita, namun Aku rela menderita untuk anakku.
Aku menjadi AKU, dan tidak lagi AKU jika ada kepentingan yang lebih besar.
Aku Bahagia karena mendapatkan bonus, Aku tidak Bahagia karena tidak mendapatkan bonus.
Dengan AKU yang sama menimbulkan dua persepsi yang berbeda.
Bandingkan dengan seseorang mendapatkan bonus, dan seseorang tidak mendapatkan bonus.
Konsep Tidak Aku ini hanya memiliki satu persepsi saja.
Konsep ini mengajarkan bahwa sebenarnya AKU adalah sesuatu yang tidak nyata, karena mengacu kepada tendensi Ego yang tinggi, padahal pemuasan ego lebih banyak bermain pada level perasaan saja.
Mari kita bersikap antisipatif dengan bersikap tanpa pamrih.
Setelah memahami konsep Tiga Corak Utama, apa yang sebaiknya kita lakukan, agar terbebas dari penderitaan? Beberapa masukan mungkin bisa bermanfaat;
1. Menyadari bahwa keinginan yang tidak terpenuhi adalah cita cita yang belum tercapai.
Sama seperti jargon kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Untuk menggapai cita cita tersebut, maka syarat utama dari seorang manusia, adalah HIDUP.
Untuk mencapai keinginan yang belum tercapai, bebaskanlah dirimu dari keinginan dan keyakinan bahwa hidup masih panjang untuk diperjuangkan.
Sikap optimistis dan semangat untuk berkarya sangat dibutuhkan disini, luangkan waktu lebih banyak lagi untuk kegiatan bermanfaat dan berbuat kebaikan bagi orang lain.
2. Menyadari bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal, dan terus berputar.
Melihat kepada fakta bahwa ada siang ada malam, ada terang ada gelap, dan segala sesuatu tidak pernah selalu berada pada satu kutub saja.
Sesungguhnya alam telah menyediakan keseimbangan bagi dunia ini.
Demikian pula dengan kondisi manusia, jika kita berada pada kondisi yang tidak menyenangkan, maka perubahan yang menyenangkan pasti akan datang.
Sikap batin yang seimbang sangat disarankan agar kita tidak terlalu larut dalam kesedihan, dan tidak bersikap euphoria terhadap kebahagiaan.
3. Menyadari bahwa ke-AKU-an dan Ke-TIDAK AKU-an adalah delusi, dan hanya bermain pada level perasaan saja.
Jka kita sedang menderita, maka sadarilah bahwa AKU sedang bermain.
Jangan biarkan AKU bermain sendiri, ajaklah Ke-TIDAK AKU-an untuk datang menemani.
Sikap tanpa pamrih, dengan melihat segala sesuatu apa adanya, dibutuhkan disini.
Semoga dengan konsep yang saya berikan diatas, dapat membuat kita semakin sadar dan terbebas dari usaha bunuh diri.
Sekarang, bagi yang merasa bahwa ketiga konsep diatas terlalu teoritis, maka saya ingin menambahkan kisah bunuh diri yang gagal berdasarkan kisah nyata dan juga khayalan saya.
Mungkin sebagian terasa konyol, namun patut dicoba.
MENINGKATKAN GAIRAH.
Sebuah kejadian yang dialami oleh seorang siswa SMA di California, Amerika Serikat, yang tanpa sengaja terhubung ke layanan seks, pada saat hendak menghubungi layanan call centre bantuan bunuh diri. Sang siswa kemudian tiba tiba merasa penting, karena beritanya menjadi viral, dan usaha bunuh diri tinggal kenangan.
Salah satu penyebab kasus bunuh diri, adalah tidak adanya gairah untuk hidup lagi dari sang calon korban, meskipun pada kenyataannya, setiap manusia pasti memiliki gairah.
Saya tidak mengatakan bahwa seks adalah gairah hidup yang belum muncul, namun ini adalah contoh yang baik, bahwa melibatkan calon korban terhadap kegiatan positif, dapat menjadi obat penawar yang mujarab.
REPOTKAN ORANG SEKAMPUNG.
Sebuah kisah konyol dari kota Manado berasal dari seorang pria yang hendak bunuh diri dengan cara tidur di jalan.
Mengharapkan ada pengguna kendaraan yang menggilasnya.
Sontak aksinya itu menimbulkan kemacetan total, dan menimbulkan bantuan massa untuk menggotongnya ramai rami.
Alkisah, lelaki tak dikenal itu tidak jadi bunuh diri, karena videonya menjadi viral di media sosial sekitar akhir tahun 2017.
Saya membayangkan berada pada posisi lelaki tak dikenal itu.
Perasaan malu dan bangga mungkin akan menjadi satu.
Bayangkan, saya telah diselamatkan oleh puluhan manusia dan menjadi viral di medsos.
Jika saya melanjutkan aksi bunuh diri saya, maka saya mungkin akan jadi tambah terkenal.
Namun kenyataannya adalah saya sudah terkenal, tanpa harus bunuh diri.
Di Neraka, saya hanya pecundang yang terbakar.
BUATLAH SURGA MENJADI MUSUHMU.
Saya mempunyai ide nyeleneh untuk membuka layanan bunuh diri.
Tentunya ini bukan satu keseriusan mendadak, dan hanya bersifat ngakak saja.
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari layanan ini, yang pasti adalah informasi calon korban.
Alih alih menasehati mereka, saya malah akan meyakinkan mereka bahwa saya dapat membantu mereka untuk melakukan aksi bunuh diri yang cepat dan tidak terasa sakit.
Pertama, saya akan menjelaskan kepada mereka bagaimana sakitnya sebuah proses bunuh diri.
Mulai dari sesak nafas, daging yang tersayat sayat, dan otak yang terasa dilindas truk.
Video yang berkonten sadis, bisa menambahkan cerita yang sudah mengerikan.
Kedua, saya akan menjelaskan kepada mereka (dari sisi spiritual), bagaimana kejamnya neraka.
Bahwa neraka adalah tempat yang pasti dituju oleh korban bunuh diri.
Deskripsi mengenai neraka, akan saya buat sehancur hancurnya (meskipun saya belum pernah kesana).
Ketiga saya akan memberikan mereka beberapa tips untuk menikmati kehidupan terakhirnya sebelum bunuh diri.
Langkah ini dianggap perlu, karena bagaimana-pun mengucapkan perpisahan kepada orang yang kita sayangi, dapat menjadi hal yang berkesan.
Jika ketiga hal tersebut masih belum efektif, dan sang calon korban masih ngotot bunuh diri, maka saya akan menganjurkan mereka bagaimana cara bunuh diri yang cepat dan tidak sakit.
Beberapa cara bisa digunakan disini, seperti gantung diri dengan tisu toilet sampai dengan melumuri diri dengan arang hitam, agar setan pencabut nyawa bisa bekerja dengan halus.
Tentunya ini hanya joke saja, jadi jangan terlalu dibawa serius.
Intinya, Bunuh Diri bukan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Membunuh depresi dan stress adalah cara yang terbaik agar dapat terbebas dari permasalahan. Satu satunya cara untuk melawan Fenomena Dunia ini adalah dengan berkompromi dengan Fenomena Pikiran.