Pasar dan Mal Ramai, Benarkah Pandemi Melemahkan Daya Beli?

Pasar dan Mal Ramai, Benarkah Pandemi Melemahkan Daya Beli?
99judiqq

99judiqq - Benar, daya beli sebagian besar masyarakat melemah karena kehilangan penghasilan akibat Covid-19.
Bahkan Menkeu Sri Mulyani mengakui bahwa Corona bisa menambah angka kemiskinan dan pengangguran.

Tapi mengapa toko-toko pakaian di Subang, pasar malam Royal di Serang, Pasar Anyar Bogor, Pasar Tanah Abang Jakpus, dan mal di Banyumas ramai dan penuh orang yang berbelanja?

Padahal Subang, Bogor, juga DKI sedang menerapkan PSBB.
Saking ramainya, Walikota Bogor Arya Bima minta supaya toko-toko di Pasar Anyar yang langgar PSBB ditutup.

Bupati Banyumas juga mengancam akan menutup mal dan swalayan jika pengelola tidak menerapkan protokol kesehatan kepada pengunjung.
Akan tetapi di Serang, menurut tayangan di CNN Indonesia, pemerintah setempat tidak akan menutup lapak-lapak di Pasar Royal supaya roda ekonomi tetap jalan.
Satpol PP hanya melakukan himbauan agar warga menjaga jarak.


Orang yang ramai berbondong-bondong memenuhi pasar, mal, dan swalayan itu belanja karena tidak mau mengendalikan nafsu.
Dalam pikiran mereka Lebaran berarti belanja.

Meski negara sedang dilanda wabah dan sudah diminta untuk tetap di rumah, nafsu dan cara berpikir itu tidak berubah.
Ditambah lagi mereka memang punya uang.
Ibaratnya, duit juga duit gue, terserah gue dong mau diapain.

Pada wawancara di televisi hampir semua mengatakan terpaksa belanja karena anak-anak mereka merengek minta dibelikan baju baru sebagai hadiah telah puasa sebulan penuh.
Sebagian lagi mengatakan membeli bahan makanan untuk Lebaran.

Padahal jika anak merengek, ngambek, dan marah-marah, mudah saja diberi pengertian (dengan bahasa yang sesuai usia mereka) asalkan orang tuanya sabar dan memberi penjelasan yang masuk di akal anak-anak.

Bahan makanan pun sebenarnya perlu dibeli banyak-banyak karena mudik sedang dilarang jadi rumah tidak ketambahan orang.
Tapi kita berbaik-sangka mungkin makanan itu akan dibagikan ke para tetangga.

Kemungkinan yang lain, mereka dapat THR dari tempatnya bekerja.
Karena merasa "mumpung punya duit lebih" apa salahnya belanja, toh cuma setahun sekali.

Kemungkinan terakhir, mereka belanja menggunakan uang bantuan dari pemerintah.
Ini tidak salah jika uang tersebut digunakan untuk membeli sembako, susu, atau obat.
Yang salah jika digunakan untuk beli baju Lebaran.

Baju baru bukanlah kebutuhan mendesak saat pandemi, lebih utama makanan karena perut yang lapar bisa membuat orang nekat melakukan hal tercela.

Pandemi sudah jelas membuat daya beli masyarakat menurun, bahkan anjlok.
Belanja memang tidak dilarang, tapi kalau memaksakan diri ke pusat perbelanjaan lalu berisiko tinggi tertular Corona, buat apa bela-belain belanja Lebaran yang kurang penting.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru