Seorang Perempuan Muda Disabilitas Netra, dengan Petugas Stasiun Tua

Seorang Perempuan Muda Disabilitas Netra, dengan Petugas Stasiun Tua...
99judiqq

99judiqq - Sebagai dari kaum disabilitas dunia, aku sudah merasakan bagaimana banyak Negara yang sangat peduli dengan kami.
Kepedulian negara2 maju ini, sudah aku rasakan selama aku duduk di atas kursi roda, sebagai bagian dari disabilitas.

Dari Amerika, negara2 di Eropa dan Asia, termasuk Jepang.
Terutama Jepang, aku merasakan sendiri, betapa negeri cantik ini benar-benar dan sangat peduli dengan aku, bagian dari dunia disabilitas diatas kursi roda.

Suatu saat di musim panas Jepang tahun 2019 lalu, disebuah kereta yang membawaku pulang ke Funabashi Hoten, tetapi harus transit ke Stasiun Nishi Funabashi, seorang disabilitas netra, masuk ke kereta, dari pintu masuk di depanku.

Disabilitas netra itu, dituntun oleh seorang petugas stasiun, sesame petugas2 yang selalu membantuku dan membantu banyak orang2 disabilitas sepertiku dan kaum prioritas (lansia dan keluarga muda dengan anak2 kecil).


Petugas stasiun itu, dengan sangat sabar dan telaten, menuntunnya naik ke kereta dan mendudukkan nya dikursi khusus prioritas.

Disabilitas netra itu adalah perempuan muda dengan memakai "tongkat putih", dan dia terlihat sangat percaya diri.
Sedikit berbincang dengan petugas dan tersenyum ketika si petugas membungkukkan tubuhnya tanda penghormatan.

Dan, si perempuan muda disabilitas near itu, melambaikan tangannya pada si petugas.

Cerita tentang disabilitas, yang mewujudkannya muncul dalam situasi sosial, dan setiap keadaan yang berbeda di Asia tidak dapat dipahami tanpa masuk ke dalam sejarah sosial.

Tanggapan sosial sebelumnya kepada disabilitas netra khususnya di Jepang, menunjukkan ukuran  kelompok dan individu dalam pekerjaan yang dilindungi dan dihargai, dan mencerminkan kehidupan yang normal.

Peningkatan status di Jepang secara tradisional berasal dari putra kaisar yang buta di abad ke-9.
Pendapatan nasional seharusnya dikhususkan untuk kesejahteraan orang buta sejak saat ini.

Cerita tentang pangeran yang buta, perlahan membangun kepedulian yang menyatukan seluruh negeri, dan perlahan membangun upaya meningkatkan status social bagi disabilitas netra di Jepang.

Sebenarnya, konsepnya sangat sedarhana, hanya mengingat yang menarik bahwa "tidak seorang pun yang bisa bebas dari cacat netra", bahkan seorang pangeran dari seorang kaisar Jepang pada abad ke-19 pun, merupakan seorang disabilitas netra!

Bahwa, orang cacat (dalam hal ini adalah disabilitas netra) tidak selalu menjadi sasaran sebagai "yang tidak berdaya", untuk pembuatan model dari lingkungan yang dominan atau mayoritas.

Apa pun yang mungkin mendasari permulaan yang legendaris ini, pada kenytaannya adalah jelas bahwa disabilitas netra mempunyai panggilan ternentu untuk bekerja.
Berbagai sekolah disabilitas netra muncul, mengajarkan kurikulum professional standard disabilitas netra, serta melakukan inovasi.

Proses pelatihan dan sertifikasi dikontrol oleh disabilitas netra, yang kuat, selama beberapa abad,di Jepang.

Sampai sekarang, disabilitas netra Jepang, banyak yang bekerja di bidang music. 
Banyak dari mereka belajar bermain kecapi.
Lalu juga mereka belajar menjadi pendongeng.
Dan tentu saja mereka tetap berada mempunyai ketrampilan terapi akupuntur dan pijat.

Konsep akupunktur dan pijat, bukan hanya sekedrnya saja, bahkan mereka dididik untuk mendalami hinga mencakup bagian tubuh dan fungsi bersama dengan pemahaman psikologis klien2nya.

Beberapa referensi2 yang aku baca tentang penderita disabilitas netra itu, memberi satu kesimpulan bagiku.

Ketika yang aku tahu bahwa disabilitas netra di Indonesia, seakan hanya mempunyai ketrampilan memijat, tetapi tidak mempunyai fasilitas serta ke-profesionalitasan yang memberikan kehidupan yang layak bagi mereka,

Ternyata, sejak abad ke-19, Jepang sudah memberikan kepeduliannya bagi disabilitas netra, walaupun itu karena seorang pangeran buta!

Tetapi itu tidak membuat aku berpikir sedikit miring.

Lah, memang kenapa jika karena pangeran buta yang akhirnya membuat Jepang peduli? Pada saat itu, di abad ke-19, belum ada atau sedikit orang bisa melihat kenyataan kehidupan orang lain.
Belum ada internet, atau apapun yang bisa mengeksplor tentang kehiupan orang lain, apalagi orang2 yang tersingkir.

Mereka baru bisa melihat dan ter-ekspor adakah orng yang terkenal.
Kepala Negara atau pejabat, atau bintang artis.
Itu pun tidak banyak yang bisa tereksplor kecuali dalam berita.

Jadi, cerita kehidupan si pangeran buta itu, jelas akan ter-eksplore, karena merupakan sebuah kehidupan yang unik dan lain dari pada yang lain.
Dan, justru mereka melihat bukan sebagi seseorang yang untuk di bully!

Mereka justru mulai memikirkan, bagaiaman kehidupan si pangeran buta ini menghadapi masa depannya, dan apa yang isa diperbuatnya?

Kembali dengan seorang perempuan disabilitas netra yang aku lihat di kereta.

Ketika kereta berhenti di Stasiun Nishi Funabashi, dan aku akan turun disini dengan bantuan seorang petugas stasiun yang membawa "ramp mobile" untukku, supaya aku dan kursi roda ajaibku bisa turun dari kereta,

Si perempuan muda disabilias netra itu pun, ternyata turun bersama ku, dengan bantuan seorang petugas stasiun yang berbeda.

Kami berendengan turun dari gerbong kereta.

Aku dibimbing untuk pindah ke platform atau peron yang berbeda, untuk ganti kereta ke Funabashi Hoten, dan si perempuan muda disabilitas netra itu, dibimbing oleh petugas yang lain untuk naik lift, dan keluar di Nishi Funabashi.
Sepertinya, dia tinggal di Nishi Funabashi.

Selama aku bolak balik ke Jepang, petugas2 stasiun yang selalu membantuku sangat peduli dan mengerti aku.
Mereka pun sangat lembut melayaniku.
Benar-benar lembut! Aku benar2 sangat tersentuh, sejak awal bahkan sampai sekarang.

Begitu juga dengan si petugas stasiun yang membantu si perempuan muda disabilitas netra itu.
Dia sangat sabar membimbing si perempuan muda itu, untuk menapaki jalur kuning.

Aku sangat tersentuh.
Si petugas stasiun itu, sudah tua.
Tertatih-tatih dia membimbing, tetapi dia benar2 melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Mungkin, kesaksian dan pengalamanku ini bukan apa-apa untuk orang lain.

Mungkin, melihat seorang cacat apapun, bukan sebuah pengalaman yang membuat haru biru hati untuk orang lain.

Tetapi, untukku ini adalah pengalaman dan kesaksianku yang sungguh membuat hatiku tersentuh.
Seorang buta yang sangat percaya diri, yang dibantu oleh seorang tua yang melayani dengan sangat baik.

Seperti aku, seorang cacat diatas kursi roda, yang selalu dibantu oleh petugas semua stasiun, yang sangat peduli, sabar dan melayani dengan baik.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru