99judiqq
99judiqq - Ketika pandemi Covid-19 mulai meledak, dunia memang bertanya tanya mengapa kasus Covid-19 di India yang berpenduduk sangat padat dengan jumlah kawasan kumuh yang sangat banyak terutama di kota kota besar kasus Covid-19 nya sangat rendah ? Bahkan saat itu orang mulai mencoba menghubung hubungkan dengan imunitas alami penduduk India yang terbiasa mengkonsumsi makanan dengan rempah rempah.
Namun kalangan epidemiology saat itu memperkirakan bahwa akan terjadi ledakan pandemi korona di India jika tidak ditangani secara serius karena alamiah cara hidup penduduknya yang tinggal di pemukiman kumuh dan padat, kebiasaan berkumpul di upacara keagamaan dan kurang baiknya fasilitas kesehatan di negara itu.
Benar saja, tinggal menunggu waktu sebentar saja kasus penularan Covid-19 di India mulai muncul ke permukaan.
Dengan resiko yang sangat tinggi bahwa India dapat menjadi episenter baru pandemi korona, PM India akhirnya menerapkan lock down walaupun menimbulkan chaos dan kepanikan yang luar biasa serta mulai terpuruknya ekonomi India.
Perkiraan pakar epidemiology kini sudah mendekati kebernaran.
Berdasarkan data per tanggal 12 Juni 2020 yang dikeluarkan oleh John Hopkins University, India kini menempati uturan ke empat sebagai negara yang paling banyak penduduknya terpapar Covid-19, yaitu sebanyak 297.538 orang.
Catatan: urutan 1 Amerika dengan jumlah penderita sebanyak 2.023.347 orang, diikuti dengan Brazil sebanyak 802.828 orang, Rusia sebanyak 501.800 orang.
Kemungkinan besar dengan dalih untuk menenangkan masyarakatnya dan juga menjaga reputasi pemerintah India, Balram Bhargava, kepala the Indian Medical Research Institute menyatakan bahwa di India tingkat penularan Covid-19 di masyarakat dan tingkat prefelensi nya sangat rendah.
Pernyataan yang sangat mengagetkan ini kemungkinan besar keluar berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh pemerintah India.
Menurut catatan persentasi penduduk yang menjalani tes Covid-19 hanya sekitar 0,3-0,4% saja.
Dengan Jumlah penduduk India yang sangat besar, maka persentasi tes ini sangat kecil dan dapat menimbulkan salah intepretasi data, sehingga menghasilkan kesimpulan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak menggambarkan hal yang sebenarnya.
Jika diterjemahkan ke dalam jumlah penduduk, maka jumlah orang yang telah melakukan tes hanya sebesar 0,4% itu setara dengan hanya 4 juta penduduk saja sedangkan sisanya yaitu 99,6% masih menjadi misteri dan tidak dapat diasumsikan sisa penduduk India yang tidak dites bebas dari korona.
Jumlah penderita Covid-19 India yang menempati peringkat ke 4 dunia yang jumlahnya hampir mencapai 300 ribu orang dengan tingkat kematian telah mencapai 10 ribu orang menunjukkan bahwa bom waktu pandemi korona yang akan setiap saat dapat meledak akan menjadi kenyataan jika pemerintah India tidak mempersiapkan diri dengan baik.
Artinya jumlah penderita Covid 19 dan jumlah angka kematian yang diumumkan di India adalah data yang diketahui, namun jumlah sebenarnya penderita korona di masyarakat yang sebenarnya diperkirakan jauh lebih besar dari angka yang diumumkan.
Jadi sangatlah beresiko jika pihak berwenang mengeluarkan pernyataan bahwa di India tidak angka penularan di kalangan masyarakat sangat rendah dan tidak perlu dikhawatirkan.
Sebenarnya secara implisit Menteri Kesehatan India telah mengakui terjadi penularan Covid-19 di dalam masyarakat, namun tampaknya deklarasi bahwa telah terjadi transmisi korona di dalam masyarakat belum diumumkan oleh pemerintah federal.
Di kalangan petinggi yang bertanggung jawab menangani pandemi korona ini di India memang masih terjadi perdebatan terkait istilah transmisi di Masyarakat (community transmission) dan cenderung menggunakan definisi yang memproteksi pemerintah.
Secara umum definisi transmisi Covid-19 di kalangan masyarakat didefinisikan sebagai seseorang yang terjangkit Covid-19 yang memiliki sejarah tidak pernah melakukan kontak dengan orang yang positif Covid-19 ataupun tidak pernah melakukan perjalanan ke negara yang sedang terkena pandemi korona.
Definisi ini bermakna bahwa telah terjadi penularan Covid-19 di masyarakat tanpa terdeteksi. Dalam situasi seperti ini terjadi saling menjangkiti di antara anggota masyarakat namun tidak disadari.
Kondisi inilah yang memungkinkan jumlah penderita dan korban jiwa akan meningkat tajam dan angkanya akan meledak setiap saat tanpa dapat dikendalikan.
Bom waktu ini memang setiap saat dapat meledak di India, karena menurut catatan pihak terkait di India dari jumlah penderita yang terjangkit Covid-19 yang sangat besar ini hanya terdeteksi sekitar 0,73% yang diketahui pernah melakukan kontak dengan penderita korona. Artinya telah terjadi transmisi korona besar besaran di masyarakat tanpa disadari oleh anggota masyarakat.
Menurut pakar epidemiology bahwa angka penderita korona di India yang sudah menempati peringkat 4 dunia ini baru merupakan tahap awal indikasi telah terjadinya transmisi korona di masyarakat dan ledakan yang tentunya tidak diharapkan memang dapat terjadi setiap saat.
Kelengahan India dalam mengantisipasi transmisi korona di masyarakat tanpa terdeteksi akan menjadi petaka besar mengingat jumlah penduduk dan pemukiman padat yang besar sekali jumlahnya terutama di kota kota besar.
Permainan angka tanpa disertai dengan logika dan realitas di lapangan akan menjadi petaka besar. Semoga Indonesia dapat belajar dari kasus pandemi India ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar