Peran dan Fungsi Perawat Jiwa di Masa Pandemi

Peran dan Fungsi Perawat Jiwa di Masa Pandemi
99judiqq

99judiqq - Pada masa pandemi ini, apapun pembahasan yang menyangkut dengan petugas medis selalu menarik untuk di bahas.
Banyak opini positif ataupun negatif dengan mudah dapat kita baca di banyak media online,  kita yang memilih menjadi bagian penyebar kebenaran atau sebaliknya.
Perawat adalah profesi yang banyak menjadi korban dalam masa pandemi, puluhan perawat telah pergi menjadi pahlawan negeri.

Mereka tidak butuh pujian yang kita tulis di media sosial dan sanjungan dengan papan bunga yang memenuhi badan jalan di rumahnya.
Akan tapi mereka yang masih merawat sampai saat ini membutuhkan penguatan dan kesadaran dari masyarakat,  ikut serta dalam pencegahan covid 19 dengan mengikuti protokol pencegahan yang sudah ditentukan.

New nomal, yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sampai pemerintah daerah dengan keadaan angka orang yang positif terinfeksi virus corona tidak landai dan bahkan masih meninggi.


Tidak bisa dihindari dengan sebutan new normal masyarakat banyak yang menganggap kondisi pandemi sudah selesai dan mereka abai terhadap protokol pencegahan.
Dan bahkan ada yang membangun opini ini adalah konspirasi pihak tertentu demi mendapatkan keuntungan.

Apapun opini yang berkembang di luar teman sejawat  perawat yang bekerja di pelayan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta tetap melaksanakan tugas sebagaimana mestinya.

Dan  tanpa kecuali kami yang merawat orang dengan gangguan jiwa, dalam memberikan asuhan perawat jiwa di tuntut melakukan aktivitas pada tiga area utama, aktivitas asuhan langsung, aktivitas komunikasi dan aktivitas pengelolaan penatalaksanaan manajeman keperawatan.

Area utama kedua yaitu aktivitas komunikasi menjadi peran penting dalam memberikan edukasi pada setiap pasien dan keluarga yang dirawat inap  dan  yang datang untuk mengambil obat di unit rawat jalan.

Para pembaca bisa membayangkan edukasi yang diberikan oleh perawat jiwa kepada pasien-pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Aceh, yang hampir 50% memiliki diagnosa skizoprenia paranoid.

Diagnosa yang apabila gejala klinisnya tidak teratasi maka mereka akan terus dengan gejala yang muncul seperti mendengar suara-suara yang terus berbicara dengannya.

Dan atau bayangan yang terus dapat ia lihat dengan jelas akan tetapi orang lain tidak dapat melihatnya.
Gejala-gejala itu dapat di hentikan dengan teraphi obat-obatan dan kemudian perawat akan mengajari bagaiamana cara menghardik halusianasinya.

Komunikasi yang seharusnya bisa dilakukan dengan waktu singkat dengan orang lain yang normal tentunya akan membutuhkan berkali lipat lamanya jika itu kita diterapkan pada orang spesial yang kami rawat.
Kerumitan komunikasi itu tidak bisa dipungkiri terkadang menjadi hiburan tersendiri bagi kami yang mengahabiskan waktu berbulan-bulan dengan mereka.

Miris,ketika mendengar banyak artikel bodong yang dijadikan bahan candaan para pengguna media sosial tentang orang dengan gangguan jiwa yang kebal terhadap virus corona ini.
Hal ini seolah kami sebagai perawat  yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa menjadi tidak penting untuk melindungi diri saat melakukan pelayanan dan memberikan asuhan keperawatan.

Hal ini bukanlah hal yang mudah bagi kami yang menerima pasien baru yang masuk dengan gaduh gelisah, terlalu panjang anamnese akan menambah gaduh pada pasien tersebut. Orang dengan gangguan jiwa juga merupakan manusia biasa yang sama dalam segala hal dengan kita manusia normal.

Hanya saja Tuhan menguji mereka dengan penyakit jiwa, sama halnya dengan penderita penyakit kronis lainnya, diabetes militus, hipertensi yang memerlukan perawatan terus menerus.

Dalam masa pandemi ini, saya secara pribadi melihat peran dari perawat jiwa juga menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan penyebaran Covid 19.
Hemat saya penting menjadi perhatian pengguna media sosial dalam menyebarkan sebuah berita yang belum pasti kebenarannya.

Semoga dengan tulisan ini kita bisa berfikir cerdas tentang kesamaan perlakuan terhadap orang- orang yang kami rawat dengan segala ketebatasan mereka.
Dan juga kami dapat melaksanak peran dan fungsi kami sebagai perawat jiwa dengan baik, dengan harapan penuh pasien yang kami rawat tidak ikut terinfeksi virus yang telah merenggut banyak nyawa di seluruh belahan dunia.

Karena tidak mudah untuk perawat  menjaga pasien jiwa yang disertai gejala klinis fisik sehingga mengharuskan pemasangan IFVD (Intra Vena Fluid Drip ) dan atau tindakan medis lainnya.
Peran dan fungsi perawat jiwa sama dengan perawat yang memberikan asuhan pada pasien fisik lainnya, akan tetapi seni berkomunikasi yang memerlukan skill yang mumpun untuk sampai pada kesepakatan yang sama kedua belah pihak.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru