Tak ada negara yang sungguh siap mengantisipasi covid-19

Tak Ada Negara yang Sungguh Siap Mengantisipasi Covid-19
99judiqq

99judiqq - Pada 31 Januari 2020, tepatnya 43 hari lalu, Dan dari hari-ke-hari, seluruh perkembangan faktual penyebaran Covid-19 di berbagai negara sungguh mencengangkan.
Bersiaplah menghadapi kemungkinan terburuk, sambil terus berharap yang terbaik.

Melalui pengamatan terhadap berbagai kebijakan dan langkah antisipasi yang telah dan sedang dilakukan di berbagai negara, saya cukup pede mengambil kesimpulan: bahwa tak ada satupun negara yang benar-benar siap mengantisipasi penyebaran Covid-19, bahkan di negara-negara maju yang sistem kesehatannya relatif baik.

Sekedar analogi, dalam menghadapi penyebaran Covid-19 saat ini, setiap negara mirip dengan kapal penumpang, yang jumlah sekocinya tidak pernah disiapkan dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas jumlah penumpangnya.

Artinya, jika sebuah kapal penumpang mengalami kecelakaan (terbakar atau tenggelam di tengah laut), jumlah sekoci di kapal itu pasti tidak cukup untuk menyelamatkan semua penumpangnya.
Artinya juga, sebagian besar penumpangnya akan "dibiarkan mati" sampai bala bantuan tiba.


Di Italia, misalnya, yang sudah-sedang dan tampaknya masih terus berjuang keras mengatasi penyebaran wabah Covid-19, sebagian besar korban tewas, lebih karena tidak mendapatkan perawatan semestinya: sebab ranjang di ruang-ruang gawat darurat pada setiap rumah sakit dan klinik tidak lagi mencukupi untuk menampung dan merawat pasien kritis, yang terus bertambah secara eksponensial.

Jumlah dokter dan perawat juga tidak sebanding dengan jumlah pasien.
Asosiasi dokter di Italia bahkan meminta Pemerintah untuk membuat SOP penggunaan ruang gawat darurat: memprioritaskan pasien pada usia tertentu saja.

Akibatnya, sungguh fatal: sampai tanggal 13 Maret 2020, jumlah tewas akibat Covid-19 di Italia telah mencapai 1.266 orang, dari total kasus positif sebanyak 17.660 orang.
Ratusan lagi di antaranya masih sedang dirawat di ruang gawat darurat.

Pemerintah Italia, pada 06 Maret 2020, telah mengumumkan rekrutmen 20.000 (dua puluh ribu) tenaga kesehatan yang terdiri dari 5.000 dokter (termasuk pensiunan dokter), 10.000 perawat dan 5.000 penyedia layanan kesehatan (health provider).
Langkah yang sangat rasional, meski relatif sudah telat, sebagian nasi telah menjadi bubur.

Kesimpulan lanjutannya: kondisi faktual yang sedang dihadapi Italia saat ini, sangat mungkin terjadi di negara-negara lain.

Di Amerika Serikat misalnya, menurut perkiraan beberapa pakar, jumlah kasus positfnya bisa mencapai jutaan orang, dan sekitar dua jutaan orang di antaranya diperkirakan akan membutuhkan perawatan darurat.

Padahal menurut data statistik, jumlah ranjang yang tersedia di semua rumah sakit dan klinik di seluruh wilayah Amerika kurang dari satu juta ranjang.
Dan tentu saja, sebagian ranjang yang tersedia itupun sudah terpakai oleh pasin lain yang non-covid-19.

Di Perancis, awalnya dilarang kegiatan yang dihadiri 5.000 (lima ribu orang) orang, lalu diturunkan menjadi 1.000 (seribu) orang, dan terakhir menjadi 100 (seratus) orang.

Di Italia, awalnya Pemerintah menutup (lockdown) 11 kota, lalu diperluas mencakup satu wilayah regional Lombardy dan 15 provinsi, dan akhirnya seluruh wilayah nasional Italia.

Kesimpulan ketiga, menghadapi wabah Covid-19 seperti menghadapi ancaman banjir: jangan di lawan, tetapi diperlambat laju penyebarannya.

Di beberapa negara, model penangangan awalnya dirancang dalam konsep containment (menghadang dan/atau melawan) penyebaran Covid-19, yang bisa dilakukan melalui perawatan dan pengobatan.

Terbukti, konsep containtment ini tidak berjalan, karena vaksin khusus Covid-19 memang belum ada.
Artinya, belum ada obatnya.
Kasarnya, tak ada tindakan medis efektif yang bisa dilakukan untuk pasien positif.

Karena itu, semua kebijakan menghadapi Covid-19 akhirnya diarahkan pada konsep slowdown (memperlambat penyebarannya), yang bisa diimplementasikan melalui dua varian kebijakan: pertama, lockdown (karantina atau menutup) wilayah tertentu; dan kedua, membatasi kontak fisik dengan menggunakan konsep social distancing.

Menarik mengutip peringatan bombastis yang memilik nuansa kejujuran cukup tinggi, yang disampaikan konselir Jerman Angela Merkel pada 11 Maret 2020: "Virusnya ada di sini.
Dan selama warga tidak punya imunitas, belum ada vaksin dan terapi yang efektif, maka boleh jadi sekitar 60 sampai 70 persen penduduk Jerman akan terinfeksi Covid-19". Dan 70 persen itu berarti sekitar 58 juta jiwa dari total penduduk Jerman.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru