99judiqq
99judiqq - Merebaknya wabah Covid-19 yang saat ini telah ditetapkan sebagai pandemi menimbulkan banyak permasalahan di setiap segi kehidupan.
Mulai dari pendidikan, sosial, politik, hingga ekonomi.
Namun, hal yang lebih krusial dalam masa pandemi ini adalah masalah psikologis.
Karena seperti yang kita ketahui bahwa kesehatan psikologis atau mental akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik.
Begitu juga sebaliknya.
Sistem imun yang baik akan membantu meminimalisir terinfeksi virus corona.
Karena sistem imun akan melindungi tubuh dari serangan virus yang berbahaya.
Sebaliknya, virus akan lebih mudah menginfeksi kepada orang-orang dengan sistem imun yang lemah, karena perlindungan untuk tubuh tidak cukup kuat.
Para lansia biasanya memiliki kekuatan imun yang rendah, sehingga akan lebih besar peluangnya untuk terinfeksi virus ini.
Pertanggal 27 Mei 2020 sebesar 21,9% pasien Covid-19 adalah lansia yang berusia 80 tahun keatas.
Angka yang cukup besar tentunya. Lansia rentan terinfeksi virus karena mengalami berbagai penurunan akibat proses penuaan.
Dalam teori psikologi perkembangan pun dijelaskan bahwa lansia mengalami proses penuaan seperti berubahnya pigmen kulit, berkurangnya produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot, kepadatan tulang, kekuatan gigi, fungsi organ tubuh, hingga sistem imun.
Belum lagi jika lansia mempunyai riwayat penyakit kronis, atau bahkan komplikasi.
Ketika terinfeksi virus tentu akan memperparah penyakitnya, sehingga memerlukan perawatan ekstra baik secara medis maupun psikologis.
- Kondisi Psikologis Lansia di Masa Pandemi
Kecemasan (anxiety)
Kerentanan tubuh untuk terinfeksi virus corona bisa berdampak pada kondisi psikologis lansia.
Mereka akan merasa cemas dan gelisah bilamana dirinya menjadi salah satu korban keganasan virus tersebut.
Jika hal ini tidak ditangani dengan serius, dikhawatirkan akan timbul stres atau bahkan depresi pada lansia.
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.
Kecemasan dapat berdampak pada perilaku, pikiran, dan perasaan.
Seseorang yang mengalami kecemasan akan merasa gelisah, tegang fisik, sangat waspada, konsentrasi terganggu, kebingungan, produktivitas menurun, tegang, dan ketakutan.
Lansia dengan proses penuaannya akan merasa bahwa dirinya tidak berdaya, sehingga mungkin akan berpikir dirinya mudah terinfeksi virus.
Belum lagi banyaknya informasi yang tidak valid atau hoaks di masa pandemi ini.
Mereka kebingungan harus mempercayai informasi yang mana, sehingga bisa saja menambah kecemasan lansia.
Untuk mengatasi kecemasan lansia, orang-orang terdekatnya atau mungkin ada Satgas (Satuan Petugas) untuk memberikan informasi valid secara langsung kepada lansia dan mencegahnya dari mendengar informasi hoaks.
Layanan medis dan psikologis juga diperlukan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental lansia.
Kesepian (loneliness)
Lansia yang mengalami fase sarang kosong (empty nest).
Menurut Borland sindrom sarang kosong adalah respons maladaptif atas transisi menjadi orang tua yang muncul akibat kehilangan anak-anaknya.
Sarang kosong merupakan perasaan sedih dan kesepian ketika anak-anaknya meninggalkan rumah, baik untuk bekerja atau melanjutkan studi dalam waktu yang cukup lama.
pola tatanan baru (new normal), atau istilah-istilah sejenis yang menuntut dispilin ketat terhadap protokol kesehatan, mungkin saja fase sarang kosong ini akan terjadi lebih lama.
Karena ada kemungkinan anak-anak yang bekerja atau melanjutkan studi di luar daerah yang jaraknya cukup jauh dengan keberadaan orang tua (lansia), tidak mendatangi langsung orang tuanya.
Hal itu semata-mata untuk menjaga kebaikan dan kesehatan bersama.
Fase sarang kosong di tengah pandemi ini tentu akan membuat para orang tua (lansia) semakin kesepian.
Mereka bisa saja merasakan kesepian dan kesedihan yang lebih dalam di tengah kecemasan akibat ancaman infeksi virus.
Maka dari itu, penting bagi para anak-anaknya maupun anggota keluarga yang lain untuk menjaga komunikasi yang intens dengan lansia.
Dengan demikian mereka tidak akan merasa kesepian, dan merasa tetap diperhatikan dan disayangi oleh keluarganya.
Kejenuhan (burnout)
Kejenuhan diartikan sebagai suatu keadaan ketika seseorang kehabisan energi dalam mencapai tujuan.
Kejenuhan bisa dikatakan juga sebagai kebosanan.
Pemberlakuan pola tatanan baru, atau selama masa work from home menimbulkan kebosanan dari berbagai pihak.
Hal ini bukan tidak mungkin dirasakan juga oleh lansia.
Mereka merasa bosan dengan kegiatan itu-itu saja di dalam rumah, sehingga merasa jenuh (burnout).
Hal ini bisa diatasi dengan menjaga komunikasi dengan teman-teman atau keluarga, dan melakukan aktivitas fisik ringan seperti olahraga atau yoga yang bisa dilakukan di rumah.
Aktivitas lain seperti membaca buku, koran, atau sekadar mendengarkan musik juga bisa dijadikan alternatif solusi.
Karena selain bermanfaat untuk mengusir kejenuhan, hal-hal tersebut tadi bisa juga dijadikan alternatif untuk menjaga kestabilan psikologis.
Dampak Covid-19 tentu dirasakan oleh hampir seluruh kalangan.
Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, lansia.
Dampaknya tidak mengenal usia dan kekuatan fisik.
Tentu bagi para lansia yang memiliki kekuatan fisik tidak sekuat sebelumnya, menjadi PR utama bagi para individu muda seeprti anak-anak atau anggota keluarganya yang lain.
Komunikasi intens, perhatian ekstra, memfilter informasi, dan memberikan memberikan layanan medis-psikologis perlu diperhatikan untuk menjaga kondisi psikologis lansia.
Selain itu, perlu juga diimbangi dengan pola dan gaya hidup sehat, olahraga, dan menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar