Beda dengan Jokowi, Lin Dan Tak Ingin Sang Anak Mengikuti Jejaknya

Beda dengan Jokowi, Lin Dan Tak Ingin Sang Anak Mengikuti Jejaknya
99judiqq

99judiqq - Presiden Jokowi dan Lin Dan adalah dua tokoh dan/atau idola publik yang tak pernah luput dari sorotan.
Sehingga sudah menjadi kosekuensi logis bila segala sesuatu tentang mereka selalu dikomentari, apa-apa diomongkan dan dijadikan bahan curhatan.

Mungkin gejala ini yang kurang lebih disebut sebagai paradigma teknokratis.

Lebih lanjut, saya pribadi sangat mengidolakan Presiden Jokowi dan Lin Dan.
Karena bagi saya keduanya  adalah tokoh potensial dan pantas dijadikan panutan.
Baik itu karena faktor in se (kepribadian), semangat dan etos dari keduanya.


Bila berbicara tentang Lin Dan, tentunya kita semua tahu bahwa dia adalah atlet pembulu tangkis cekatan asal China yang pernah menjadi juara dunia lima kali.
Hingga pernah mendapatkan mendali emas di Asian Games dan gelar juara turnamen BWF.

Tentu di sini, ketika saya mengagumi Lin Dan, bukan berarti saya mengkhianati Markus Kido dan kawan-kawan.

Belum lama ini juga, lewat wawancara di sebuah stasiun Tv, Lin mengakui bahwa ia tidak menginginkan anak sulungnya, Xiao Yu, untuk mengikuti jejaknya di dunia bulu tangkis.

Karena menurutnya, kelak anaknya itu akan mendapatkan banyak tuntutan jika memilih untuk menjadi atlet bulu tangkis seperti dirinya.
Lin Dan lebih menghendaki anaknya itu untuk menekuni bidang yang lain.

Lalu, bagaimana halnya Presiden Jokowi dengan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka? Apakah Jokowi membolehkan putranya itu mengikuti kariernya di dunia politik?

Sejenak pertanyaan ini mengajak kita semua untuk menoleh sedikit kebelakang.
Lebih tepatnya, pasca Presiden Jokowi menjabat di periode pertama.
Ketika itu, beliau pernah berkata bahwa ia tidak akan perkenankan anak-anaknya mengikuti kariernya di dunia politik.

Tapi semakin kesini, apa mau dikata, hasrat Jokowi itu pupus di tengah jalan dan justru menjadi anti-thesis dengan majunya Gibran dalam pemilihan Wali Kota (walkot) Solo 2020.

Sebagai pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 yang lalu, saya sebenarnya setengah kecewa melihat fakta ini.
Saya kecewa lantaran Pak Jokowi tidak mengkonkritasikan kalimatnya itu.

Selebihnya, bila menilik keputusan Gibran untuk maju Pilwakot Solo, saya pribadi tidak mempergunjingkan itu.
Ihwal, antar Pak Jokowi dan Gibran adalah dua pribadi yang beda dan isi kepala keduanya tidaklah selalu sama.
Baik itu pemikirannya, juga hasratnya.

Meski di sini kita sulit melihat benang merahnya di mana.
Apakah keputusan Gibran ini setali tiga uang dengan motivasi keluarga besar dan telah mendapat dukungan dari Pak Jokowi (setelah berubah pikiran)? Bagi saya itu sulit dipastikan.

Tak terbantahkan memang, candela politik Tanah Air belakangan ini kembali menghangat, tatkala mendiskursuskan langkah putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang memutuskan untuk maju dalam pemilihan Wali Kota (walkot) Solo 2020.

Opini menyebar, tanggapan berlimpah, penilaian, persepsi bahkan representasi tentang langkah 'Gibran untuk maju dalam Pilwakot itu beranak-pinak, berlipat ganda.

Bahkan, banyak pihak yang menilai keputusan putra Jokowi ini sebagai fenomena baru dalam varian politik dinasti di Indonesia.
Tersebab, untuk pertama kalinya keluarga presiden yang masih menjabat ikut serta dalam pertarungan kontestasi elektoral.

Terlepas dari klaim dan stigmatisasi adanya politik dinasti dan  politik aji mumpung, saya justru senang dengan Mas Gibran yang menolak 'fiksasi ide' ala ayahnya, Presiden Jokowi, yang tidak menghendakinya nimbrung dalam politik.

Karena biar bagaimanapun, kebenaran itu selalu berkembang, pemikiran setiap orang juga demikian.
Begitu juga dengan Gibran yang hendak menjadi dirinya sendiri dengan kebenarannya.

Tapi memang begitulah peliknya politik. Semakin digosok semakin mantul.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru