Rapid Test: Sensitif yang Kurang Tepat

Rapid Test: Sensitif yang Kurang Tepat
99judiqq

99judiqq - Hingga sekarang corona masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian orang, namun sudah berani beraktivitas di masa New Normal.
Kalau ditinjau kembali, tidak ada yang "new" dalam pelaksanaan New Normal ini, hanya saja beberapa tempat atau urusan masih menggunakan protokol kesehatan sebagai bukti dari kata "new" dalam kenormalan hidup.

Salah satunya regulasi lalu lalang keluar kota.
Berdasarkan surat edaran nomor 9 tahun 2020 tentang kriteria dan persyaratan perjalanan orang dalam masa adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif dan aman corona virus disease 2019(Covid-19) maka setiap individu yang ingin melakukan perjalanan dengan transportasi umum wajib menunjukkan surat hasil tes negatif corona.

Selain tes SWAB dan PCR, rapid test menjadi pilihan favorit bagi orang-orang yang ingin melakukan perjalanan  luar kota.
Pastinya karena rapid test merupakan tes yang menunjukan hasil dengan cepat karena hanya mendeteksi antigen dan antobodi dalam tubuh diantaranya IgG dan IgM.
Selain itupun, rapid test memiliki harga yang jauh lebih murah dibanding kedua test lainnya.


Harga rapid test dibandrol Rp 350.000,-, bahkan melalui pembelian voucher di traveloka harga rapid test menjadi Rp 280.000,-.
Harga rapid test memang beragam, tergantung kebijakan masing-masing pihak yang menyelenggarakan.

Maskapai lion air grup dalam perayaan ulang tahun  ke-20 menyediakan rapid test dengan harga Rp 95.000, saja.
Tak mau kalah, maskapai citilink sempat mengadakan promo rapid test Rp. 0,- (alias gratis) untuk 500 penumpang pertama periode pemesanan tiket 1-7 juli 2020 lalu, namun untuk sekarang silahkan cek promo terbaru.

Test rapid mirip dengan cek golongan darah.
Jari kita hanya ditusuk dengan jarum kecil untuk diambil darahnya kemudian dimasukkan ke alat test.
Proses nya tak lama, mungkin cuma butuh 3-30  menit sampai kita mendapatkan surat hasil rapid test.
Namun sayangnya, test rapid sangat sensitif.
Ia tak hanya mendeteksi virus corona, tetapi juga virus jenis lainnya.

Hingga hasil tes covid-19 sebenarnya tak terbukti dengan akurat.
Bisa saja orang yang ternyata negatif covid-19 terdeteksi positif  pada saat test rapid  atau sebaliknya, orang yang ternyata positif covid-19 terdeteksi negatif saat test rapid.
Kenapa?

Berdasarkan pernyataan keilmuwan WHO (World Health Organization) ternyata test rapid dilakukan dengan mendeteksi antigen dan antibodi didalam  tubuh.
Kalau antigen sasaran pada sampel pasien cukup, antigen tersebut akan mengikat antibodi tertentu yang terdapat pada strip kertas terbungkus plastik yang ada pada alat rapid test sehingga hasil menunjukkan positif (reaktif).

Padahal sebenarnya antigen ini belum tentu antigen Covid-19, bisa saja antigen virus lain seperti batuk, flu, atau penyakit lainnya yang membuat sistem imun kita rendah.
Antigen yang terdeteksi hanya bisa diekspresikan saat virus aktif bereplikasi (memperbanyak diri), makanya kalau saat virus Covid-19 tidak bereplikasi maka tidak terdeteksi sehingga dapat menyebabkan orang yang ternyata positif Covid-19 ketika test rapid hasil nya menunjukkan non reaktif (negatif).

Kenyataannya, antibodi akan diproduksi oleh tubuh setelah beberapa hari atau minggu setelah terjadinya infeksi virus.
Antibodi inilah yang dikatakan sebagai sistem imunitas yang diibaratkan sebagai satpam (pihak keamanan) ketika antigen (diibaratkan maling) masuk kedalam tubuh.
Antibodi ini akan melawan antigen sehingga apabila jumlah antibodi lebih kecil dibanding antigen, maka tubuh kita akan kalah berperang dan menyebabkan kita tumbang (jatuh sakit).

Makanya pasien Covid-19 adalah orang-orang yang memiliki respon antibodi yang lemah, sedangkan orang yang terinfeksi Covid-19 namun tidak menunjukkan gejala adalah orang yang memiliki antibodi yang kuat sehingga dapat mengalahkan antigen Covid-19 dalam waktu sesaat.
Oleh karena itu, WHO sebenarnya tidak merekomendasikan penggunaan rapid test untuk perawatan pasien Covid-19, namun tetap mendukung kegunaan rapid test untuk surveilans penyakit lain.

Surat rapid test untuk keperluan administrasi perjalanan sebenarnya boleh saja digunakan. Namun tetap waspada terhadap hasilnya yang belum akurat. Apabila hasil rapid test menunjukkan reaktif (positif), maka kita akan dirujuk kerumah sakit untuk di test menggunakan SWAB/PCR.

Dalam rentang waktu menunggu hasil PCR, maka sebaiknya kita menunda perjalanan sebab bisa saja hasil akhirnya kita positif Covid-19 seperti kejadian di dua hotel di Solo hari ini (Jumat, 17 Juli 2020) yang akhirnya tutup sementara akibat lepas kendali terhadap pasien Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala.
Maka berhati-hati lah ketika ingin menjalankan rapid test, begitu pula menggunakan surat hasil tes nya.

Pastikan diri kita aman dan sehat, serta memiliki sistem imun yang kuat ditandai dengan kondisi tubuh yang fit dan segar. Berdasarkan pengalaman pribadi, kondisi tubuh 3 minggu sebelum pelaksanaan test rapid sangat memengaruhi hasil test.

Sebaiknya jangan melakukan test rapid ketika hasil tes pertama menunjukkan hasil reaktif (positif), sebab bisa jadi test kedua akan menunjukkan hasil yang sama, namun bersegeralah untuk test menggunakan SWAB/PCR atau melakukan isolasi mandiri dalam jangka waktu 14 hari sampai tubuh kita bebas dari Covid-19.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Label

Arsip Blog

Postingan Terbaru